Kamis, 19 Agustus 2010
NU Madura Haramkam Selingkuh Lewat HP
SUMENEP (voa-islam.com) -Makin maraknya perselingkuhan melalui handphone (HP) yang dilakukan oleh masyarakat menjadi sorotan berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Pimpinan Cabang Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama (PLCBMNU) Sumenep.
PLCBMNU menyatakan, perselingkuhan yang dilakukan seseorang meski hanya melalui HP tidak boleh alias haram. Ini sesuai dengan bahsul masail terkait hal tersebut. Alasannya, cenderung menjadi borok kemaksiatan. Dan, hal itu dipastikan mengganggu keharmonisan rumah tangga.
"Jelas ini mengancam keutuhan rumah tangga seseorang. Dan, dimungkinkan kegiatan tersebut akan mengarah kepada perbuatan-perbuatan yang tidak dinginkan oleh agama alias diharamkan," jelas K. Chairul Anam, ketua PLCBMNU.
"Jelas ini mengancam keutuhan rumah tangga seseorang. Dan, dimungkinkan kegiatan tersebut akan mengarah kepada perbuatan-perbuatan yang tidak dinginkan oleh agama alias diharamkan," jelas K. Chairul Anam
Pihaknya, sambung Chairul, tidak menghukumi HP karena ia merupakan benda mati. Namun, dalam keputusan disepakati menghukumi orang yang menggunakan HP untuk hal-hal yang mendatangkan kemaksiatan.
"Kalau mau menggunakan HP silakan selama memiliki tujuan yang baik dan tidak ada maksud untuk melakukan perselingkuhan atau hal-hal yang memang diharamkan menurut syariat," tegasnya.
Dijelaskan, biasanya orang yang melakukan perselingkuhan melalui HP banyak pembicaraan yang vulgar dan tidak sesuai dengan aturan agama. Dengan kata lain, ketika melakukan komunikasi cenderung membangkitkan birahi.
Dan, biasanya, terang Chairul, berujung kepada pertemuan dan melakukan hubungan yang tidak sah dan ilegal. Sehingga, banyak rumah tangga yang mengalami perceraian gara-gara perselingkuhan melalui HP.
"Dipastikan, dari data yang ada angka perceraian di Sumenep meningkat. Dan, mayoritas disebabkan perselingkuhan," paparnya
Untuk itu, Chairul Anam berharap masyarakat menggunakan HP sesuai kebutuhan dan digunakan dengan baik. "Mari bersama kita tingkatkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT," pungkasnya.
Pornografi Merayap ke Sekolah SD
Sementara itu, seakan jadi tren, kini virus pornografipun merambah ke Sekolah Dasar (SD). Di Batang sejumlah buku ajar yang tidak layak dibaca oleh siswa SD kini beredar di perpustakaan SDN Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Abdul Kohar, seorang wali siswa SDN Banyuputih, di Batang, Selasa, mengatakan, dengan beredarnya buku ajar yang disertai gambar porno ini akan membawa dampak negatif pada siswa SD.
"Jujur saja, kami prihatin dengan munculnya buku ajar yang tidak layak untuk dibaca oleh siswa SD. Apalagi dalam buku itui juga disertai kata-kata yang vulgar, seperti cara bersenggama," katanya.
Selain itu, katanya, dalam buku ajar tersebut juga terdapat kumpulan puisi yang sebagian besar berisi puisi-puisi porno yang menceritakan persetubuhan seorang manusia.
"Puisi-puisi itu berisi vulgar dan sering kali menyebutkan alat-alat kelamin manusia," katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pendidikan Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Suwigyo, mengatakan, saat ini, UPT telah meminta agar buku ajar bermasalah tersebut dipisahkan daru ruang perpustakaan.
"Kami telah meminta pada kepala sekolah agar menyimpan buku itu dan tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi siswa SD," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Batang, Priyodigdo, mengaku belum mengetahui terhadap beradarnya buku-buku tersebut.
"Kami belum dapat laporanya.Kami akan segera mengecek buku itu ke SDN Banyuputih," katanya. (Ali/jpnn/ant)
PLCBMNU menyatakan, perselingkuhan yang dilakukan seseorang meski hanya melalui HP tidak boleh alias haram. Ini sesuai dengan bahsul masail terkait hal tersebut. Alasannya, cenderung menjadi borok kemaksiatan. Dan, hal itu dipastikan mengganggu keharmonisan rumah tangga.
"Jelas ini mengancam keutuhan rumah tangga seseorang. Dan, dimungkinkan kegiatan tersebut akan mengarah kepada perbuatan-perbuatan yang tidak dinginkan oleh agama alias diharamkan," jelas K. Chairul Anam, ketua PLCBMNU.
"Jelas ini mengancam keutuhan rumah tangga seseorang. Dan, dimungkinkan kegiatan tersebut akan mengarah kepada perbuatan-perbuatan yang tidak dinginkan oleh agama alias diharamkan," jelas K. Chairul Anam
Pihaknya, sambung Chairul, tidak menghukumi HP karena ia merupakan benda mati. Namun, dalam keputusan disepakati menghukumi orang yang menggunakan HP untuk hal-hal yang mendatangkan kemaksiatan.
"Kalau mau menggunakan HP silakan selama memiliki tujuan yang baik dan tidak ada maksud untuk melakukan perselingkuhan atau hal-hal yang memang diharamkan menurut syariat," tegasnya.
Dijelaskan, biasanya orang yang melakukan perselingkuhan melalui HP banyak pembicaraan yang vulgar dan tidak sesuai dengan aturan agama. Dengan kata lain, ketika melakukan komunikasi cenderung membangkitkan birahi.
Dan, biasanya, terang Chairul, berujung kepada pertemuan dan melakukan hubungan yang tidak sah dan ilegal. Sehingga, banyak rumah tangga yang mengalami perceraian gara-gara perselingkuhan melalui HP.
"Dipastikan, dari data yang ada angka perceraian di Sumenep meningkat. Dan, mayoritas disebabkan perselingkuhan," paparnya
Untuk itu, Chairul Anam berharap masyarakat menggunakan HP sesuai kebutuhan dan digunakan dengan baik. "Mari bersama kita tingkatkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT," pungkasnya.
Pornografi Merayap ke Sekolah SD
Sementara itu, seakan jadi tren, kini virus pornografipun merambah ke Sekolah Dasar (SD). Di Batang sejumlah buku ajar yang tidak layak dibaca oleh siswa SD kini beredar di perpustakaan SDN Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Abdul Kohar, seorang wali siswa SDN Banyuputih, di Batang, Selasa, mengatakan, dengan beredarnya buku ajar yang disertai gambar porno ini akan membawa dampak negatif pada siswa SD.
"Jujur saja, kami prihatin dengan munculnya buku ajar yang tidak layak untuk dibaca oleh siswa SD. Apalagi dalam buku itui juga disertai kata-kata yang vulgar, seperti cara bersenggama," katanya.
Selain itu, katanya, dalam buku ajar tersebut juga terdapat kumpulan puisi yang sebagian besar berisi puisi-puisi porno yang menceritakan persetubuhan seorang manusia.
"Puisi-puisi itu berisi vulgar dan sering kali menyebutkan alat-alat kelamin manusia," katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Pendidikan Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Suwigyo, mengatakan, saat ini, UPT telah meminta agar buku ajar bermasalah tersebut dipisahkan daru ruang perpustakaan.
"Kami telah meminta pada kepala sekolah agar menyimpan buku itu dan tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi siswa SD," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Batang, Priyodigdo, mengaku belum mengetahui terhadap beradarnya buku-buku tersebut.
"Kami belum dapat laporanya.Kami akan segera mengecek buku itu ke SDN Banyuputih," katanya. (Ali/jpnn/ant)
Selasa, 30 Juni 2009
Sex Dalam Islam
Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam memberikan panduan lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan ritme ibadahnya.
Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.
Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar, “Sesungguhnya pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”
Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tentu saja tidak cukup dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan secara seksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri. Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi. Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’. Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan. Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari, “Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya. Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).
Posisi Ijba’
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya. (Kang Iftah. Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir)
Diposkan oleh wd.cerahati
Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.
Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar, “Sesungguhnya pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”
Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tentu saja tidak cukup dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan secara seksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri. Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi. Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’. Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan. Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari, “Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya. Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).
Posisi Ijba’
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya. (Kang Iftah. Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir)
Diposkan oleh wd.cerahati
Sex Dalam Islam
Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam memberikan panduan lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan ritme ibadahnya.
Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.
Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar, “Sesungguhnya pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”
Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tentu saja tidak cukup dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan secara seksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri. Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi. Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’. Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan. Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari, “Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya. Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).
Posisi Ijba’
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya. (Kang Iftah. Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir)
Diposkan oleh wd.cerahati
Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan aqad nikah.
Kebiasaan tersebut tidak lepas dari anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar, “Sesungguhnya pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”
Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tentu saja tidak cukup dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan secara seksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan iabadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri. Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi. Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Dan, salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’. Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan. Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari, “Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya. Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).
Posisi Ijba’
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apapun : berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya. (Kang Iftah. Sumber : Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir)
Diposkan oleh wd.cerahati
Minggu, 28 Juni 2009
Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Forum ini berisi artikel2 terjemahan dari Faithfreedom.org & situs2 lain. Artikel2 yg dibiarkan disini belum dapat dicakupkan kedalam Resource Centre ybs. Hanya penerjemah sukarelawan yang mempunyai akses penuh.
Moderator: Forum Watch
Post a reply
4 posts • Page 1 of 1
Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby Adadeh » Sat Jun 06, 2009 1:23 am
Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Jum’at, 05 June 2009, jam 13:22
Oleh: Atheist Jabali
"Qur’an mengajarkan bahwa siapapun yang membunuh orang yang tak bersalah, itu berarti dia bagaikan membunuh semua umat manusia; dan siapapun yang menyelamatkan nyawa seorang manusia, itu berarti dia bagaikan menyelamatkan semua umat manusia.” Begitulah perkataan Obama di pidatonya di Kairo pada tanggal 4 Juni, 2009, untuk menjilat pantat Muslim, sambil tak lupa memlintir makna ayat tersebut.
Perkataannya itu dikutip dari Q 5:32.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah, perintah ini adalah bagi Bani Israel yakni orang Yahudi. Perintah ini TIDAK ditujukan pada Muslim. Inilah alasannya mengapa sekarang banyak terjadi pembunuhan terhadap warga sipil tak berdosa oleh para ekstrimis Muslim. Para ekstrimis ini tidak membaca apapun selain Qur’an dan mereka memahaminya jauh lebih baik daripada para Muslim KTP dan non-Muslim yang tak pernah baca Qur’an.
Kedua, ayat itu tidak menyebut ORANG YANG TAK BERDOSA di manapun. Lihat terjemahan ayat ini di Islamic Website.
Ketiga, menurut Qur’an (malah di ayat berikutnya), orang bisa dibunuh karena:
(1) membunuh atau
(2) membuat kerusakan di muka bumi (fasad).
Nah, sekarang apa seeh maksudnya membuat kerusakan di muka bumi (fasad)? Ayat berikutnya yakni Q 5:33 menjelaskan:
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
Mari kita lihat lagi di ayat lain apa sih maksud Qur’an akan “membuat kerusakan di muka bumi.”
Q 7:103
Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.
Jadi, menolak Rasul Allâh – berarti ogah memeluk Islam – adalah tindakan “membuat kerusakan”, dan dengan begitu semua kafir karenanya harus dihukum mati. Jadi para pemerintah kafir yang melindungi warga Muslim dengan persamaan hak dan semua hak² lainnya, menurut Muslim adalah “para pembuat kerusakan.”
Sekarang mari kita periksa Tafsir² terkenal tentang penjabarannya akan “membuat kerusakan”. Menurut Tafsir Al-Jalalayn:
“Karena perbuatan Kain, Kami menetapkan pada Bani Israel bahwa siapapun yang membunuh seseorang selain karena orang itu telah membunuh orang lain, atau selain untuk mencegah kerusakan dan kekacauan di bumi, yang dilakukan melalui kekafiran, zinah atau penyergapan dan sejenisnya, ini berarti orang itu membunuh seluruh umat manusia; dan barang siapa yang menyelamatkan sebuah nyawa mausia, dengan cara menahan diri untuk tidak membunuh, ini bagaikan orang itu telah menyelamatkan seluruh umat manusia – Ibn ‘Abbas berkata [bahwa artinya adalah] berhubungan dengan mengambil dan melindungi keselamatan nyawa. Para Rasul kami telah datang pada mereka, yakni Anak² Israel, dengan bukti², muzizat² yang jelas, tapi setelah itu banyak dari mereka yang tetap melakukan kerusakan di bumi, melanggar aturan dengan cara tidak percaya, membunuh, dan sejenisnya.”
Tafsir Ibn Kathir:
"...Sa`id bin Jubayr berkata, “Dia yang membiarkan dirinya menumpahkan darah seorang Muslim, berarti dia mengucurkan darah seluruh umat manusia. Dia yang tidak mengumpahkan darah seorang Muslim, berarti dia tidak menumpahkan darah semua umat manusia.”
Sebagai tambahan, Ibn Jurayj berkata bahwa Al-A’raj berkata bahwa Mujahid menjelaskan tentang ayat ini,
(sama seperti dia membunuh semua umat manusia,)
“Dia yang membunuh nyawa Muslim secara sengaja, Allâh membuat Api Neraka sebagai tempat tinggalnya, Dia akan marah padanya, dan mengutuknya, dan telah menyiapkan hukuman sangat berat baginya, sama hukumannya seperti jikalau orang itu membunuh semua umat manusia.”
Ibn Jurayj berkata bahwa Mujahid menjelaskan tentang ayat ini,
(Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.)
Ayat ini berarti, “Dia yang tidak membunuh siapapun, maka ini berarti nyawa orang² selamat dari dia.”
Setelah mengutip seluruh ayat dan memahami konteksnya dan juga menelaah tafsir²nya, kita mendapatkan bahwa ayat ini ternyata hanya melindungi nyawa Muslim dari pembunuhan yang dilakukan orang lain (di jaman sekarang malah hal ini pun dilanggar Muslim dengan cara kanibalisme Muslim bunuh Muslim). Ayat ini tidak memberi perlindungan apapun bagi kafir, yang halal dibunuh Muslim karena ogah memeluk Islam, sehingga dituduh ‘melakukan kerusakan di muka bumi.’
Dengan begitu sudah jelas bahwa Obama salah mengartikan ayat Qur’an, dan dengan begitu memutarbalikkan maknanya guna menipu diri sendiri dan para kafir lainnya, sambil tak lupa mengambil hati Muslim yang jadi pendengar utama pidatonya.
Selain itu, ayat ini sebenarnya dicontek dari buku Yahudi Mishnah Sanhedrin. Ayat ini tidak tercantum dalam Taurat. Muhammad, yang tak lain adalah Allâh SWT mengira ayat ini merupakan bagian dari Taurat. Hal ini akan dibahas di artikelku yang berikut.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6162
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am
Top
Re: Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby Rainn Forestha » Sat Jun 06, 2009 6:57 am
Kalo aku ngerasa Obama nih makin lama makin mencurigakan.
Mana sempat bilang amrik teh bukan negara Kristen lalu pede berkoar kalo amrik tuh juga salah satu negara dgn warga islam jumlah besar.
Kenapa ya dia kok hobi mesraan ma islam ?
User avatar
Rainn Forestha
Mulai Suka
Mulai Suka
Posts: 360
Joined: Tue Apr 25, 2006 9:49 pm
Location: earth
* YIM
Top
Re: Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby Adadeh » Sat Jun 13, 2009 4:55 am
Quran 5.32: Obama Kutip Ajaran Talmud yang Bagus sebagai Ajaran Islam untuk Menyenangkan Hati Muslim
Rabu, 10 June 2009, jam 13:22
Oleh: Atheist Jabali
Di artikelku sebelumnya yang berjudul, Obama Distorts Quranic Teachings in Cairo Speech, aku menjelaskan bagaimana Obama mendistorsi ajaran Qur'an di Sura 5 ayat 32 untuk menyenangkan pendengar Muslim, dan juga untuk menipu kafir. Sekarang mari kita telaah kisah latar belakang ayat ini. Harap ingat bahwa ayat ini adalah tentang anak² bangsa (Bani) Isreal. Sekarang pertanyaannya adalah:
1. Apa sih konteksnya?
2. Apakah isi ayat itu benar² dari Tuhan untuk Bani Israel? Apakah perintah itu memang ada dalam Taurat?
Untuk mengetahui jawabannya, kita terlebih dahulu harus menelaah Qur'an 5:27-31, yang mengisahkan dua putra Adam.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Akan sukar bagi pembaca mengetahui kisah sebenarnya dari ayat ini tanpa melihat pada kitab Taurat tentang kisah anak² Adam yakni Kain dan Habil. Qur'an bahkan tidak mencantumkan nama² putra Adam dan persembahan mereka pada Tuhan. Karena itu buat apa mengutip kisah ini dari Qur'an yang tidak jelas, tidak lengkap, tidak karuan urutannya, jika kisah yang jelas sudah tercantum dalam Taurat:
Kejadian 4:2-5
Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Karena persembahan Kain ditolak Tuhan, maka Kain merasa dengki dan dia lalu membunuh Habil. Lalu apa dunk hubungannya dengan Qur'an 5:32? Kan hanya satu orang saja yang dibunuh? Kain sama sekali tidak berniat melakukan pembunuhan massal. Lagipula keterangan di Q 5:32 bahwa pesan ayat adalah bagi bani Israel ternyata sama sekali tidak tercantum di Taurat. Ternyata keterangan ini tercantum dalam Talmud. Mari kita simak apa yang dinyatakan Talmud dalam Mishnah Sanhedrin:
"Kau juga mungkin menyadari bahwa tiada kesamaan antara kasus² sipil dan kriminal. Dalam kasus sipil, orang bisa membayar uang denda bagi kesalahannya; tapi dalam kasus kriminal darah orang yang dibunuh dan juga keluarganya sampai pada akhir semua generasi umat manusia, melekat pada pembunuhnya. Hal ini juga kita temukan dalam kasus Kain, yang membunuh adiknya. Tertulis (dalam Kejadian 4:10): Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah² adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah." Dalam ayat itu tidak tertulis "darah", tapi "darah²", dan ini berarti darah Kain beserta seluruh keluarganya. (Menurut ahli lain, darah dibaca sebagai majemuk, karena darahnya beterbaran di seluruh pepohonan dan bebatuan). Karena itu, bagi seorang manusia yang membunuh satu jiwa manusia, kitab suci menganggap dia telah membunuh seluruh umat manusia di bumi, dan dia yang menyelamatkan satu nyawa orang Israel, maka kitab suci menganggap dia telah menyelamatkan seluruh umat manusia di bumi. Dan juga bagi perdamaian diantara para makhluk, maka seseorang tidak seharusnya berkata begini: Kakekku lebih hebat daripada kakekmu; dan orang bid'ah tidak boleh berkata begini: Banyak pencipta² di surga; dan juga nyatakan kemuliaan bagi Yang Esa, terpujilah Dia. Orang mencetak banyak keping uang dengan satu cetakan, dan semua keping itu tampak sama; tapi Raja di raja, Yang Esa, terpujilah Dia, telah mencetak setiap orang dengan cetakan Adam yang pertama, dan meskipun begitu tidak ada satu orang pun yang persis sama. Karena itu setiap orang seharusnya berkata: Dunia ini diciptakan bagi kepentinganku, karena itu aku harus jadi baik, jujur, dll.
Kitab Talmud itu bukanlah kitab suci atau kitab yang diwahyukan Illahi seperti Taurat. Talmud adalah buku hukum bagi masyarakat Yahudi, berdasarkan penjelasan dan tafsir Taurat yang ditulis oleh para ahli/ rabbi Yahudi. (Adadeh: sama derajatnya seperti hadis dalam Islam.) Penjelasan Talmud di atas menerangkan makna Kejadian 4:10, dan juga pentingnya pesan rohani akan kisah Adam dan Hawa. Tafsir itu juga menjelaskan hanya ada satu Adam yang diciptakan dan bukan kembaran² Adam. Muhammad tidak tahu bahwa keterangan ini adalah tafsir yang ditulis rabbi Yahudi tentang Kejadian 4:10 dalam Taurat dan pentingnya kisah penciptaan Adam. Muhammad mengira tafsir di atas merupakan bagian dari Taurat. Dia memlintir ajaran² baik dalam Talmud jadi begini:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Pada kenyataannya para Muslim umumnya tidak mengutip Q 5:32 secara keseluruhan, karena ayat ini memang babak belur, dan merupakan versi plesetan dari aslinya di Talmud. Mengutip keseluruhan ayat bisa² malah jadi membuat malu saja. Masih dalam konteks ini, mari kita simak komentar dari Maulana Maududi akan Q 5:32:
Sungguh disayangkan bahwa kata² bernilai luhur ini, yang merupakan perintah Tuhan, tidak ditemukan di mana pun dalam Alkitab jaman sekarang. Akan tetapi, Talmud jelas mencantumkan tentang hal ini ... Talmud juga menerangkan bahwa dalam pengadilan bagi pembunuhan, hakim² Israel seringkali mengatakan pada para saksi sebagai berikut: Barangsiapa yang membunuh satu orang, maka dia menanggung hukuman seperti dia membunuh semua umat manusia di bumi.
Maududi mengakui, meskipun penjelasannya kurang tepat, bahwa Q 5:32 yang dinyatakan bagi Allâh untuk bani Israel, ternyata tidak ada di Taurat, tapi ada di Talmud. Dia dengan cerdiknya menutup-nutupi, atau mungkin juga karena kebodohannya sendiri, konteks aslinya yang dicantumkan dalam Talmud.
Kesimpulan
Muhammad, alias Allâh, dengan ngawur mewahyukan Q 5:32 sebagai ayat dari Taurat. Dia tidak tahu bahwa keterangan itu sebenarnya berasal dari Talmud. Dia juga tidak mengerti bahwa pesan "Orang yang membunuh satu orang saja akan menanggung hukuman seakan-akan dia membunuh seluruh umat manusia" berhubungan dengan kisah Kain dan Habil.
Komentar Adadeh:
Jika memang benar Allâh SWT mewahyukan Q 5:32, maka ini berarti Allâh SWT mencontek tulisan manusia/rabbi Yahudi yang menulis keterangan itu di Talmud Mishnah Sanhedrin. Masakan Tuhan mencontek tulisan manusia dan lalu mengakuinya sebagai FirmanNya? Tuhan apaan tuh?
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6162
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am
Top
Re: Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby pod-rock » Fri Jun 26, 2009 7:07 am
Pidato Obama di Kairo, artinya bagi umat Islam?
Oleh Wirawan Adnan
(Advokat di Jakarta)
Tabloid Suara Islam
Edisi 69
19 Juni - 3 Juli 2009 M
29 Jumadil Akhir - 9 Rajab 1430 H
Saya berpikir, atau lebih tepatnya mempertanyakan; apakah "pandai berpidato" adalah syarat mutlak untuk bisa dicalonkan menjadi presiden AS? Pidato Obama di Kairo Mesir sungguh memukau.
Pidato Mama secara lengkap sejak Kata pertamanya adalah "I am honoured .." yang dilanjutkan dengan (Assalamu'alaikum), dan ditutup dengan kata-kata "Thank you and may God's peace be upon you". Seluruh gerak tubuh, intonasi, ekspresi wajah, ada keterlibatan emosinya dengan materi pidatonya. Obama seolah menyadari bahwa pendengar dan pemirsanya bukan saja yang saat itu berada di auditorium Universitas Al Azhar namun Obama meyadari dia sedang menjangkau 1.5 milyar penduduk Muslim dunia.
Persiapan apa yang dilakukan oleh seorang presiden.Amerika, khususnya Obama, sehingga Obama bisa berpidato seperti seolah-olah sedang berdialog "one-on one" dengan kita. Apakah dia berlatih sebelum berpidato. Apakah dia dibantu dengan "teleprompter" atau teleteknologi yang lain sehingga dia bisa berpidato seolah seperti berbicara biasa. Bahasanya begitu runtun, lugas namun santun, sistematis, dan terstruktur dengan sempurna. Tidak ada kesalahan yang bersifat tekstual maupun kontektual.
Jika Obama adalah orang kulit putih, maka kekaguman saya biasa-biasa saja. Tidak bermaksud untuk bersikap rasis namun jujur saya katakan jika yang berpidato adalah, wapres Joe Biden, misalnya maka saya akan berpura-pura tidak kagum.
Pidato Obama di Kairo kemarin adalah pidato presiden AS dengan kategori tersendiri, karena terdapat perbedaan yang diametrikal (tajam) dengan presiden-presiden sebelumnya. Semua hal yang disampaikan Obama adalah hal-hal yang ingin kita dengar bukan sebaliknya.
Berbeda ketika Clinton atau Bush berpidato yang adalah sebaliknya dengan Obama karena kita terpaksa mendengar hal-hal yang kita tidak inginkan, mungkin karena kita tidak mengerti. Yang mereka sampaikan adalah tentang kepentingan mereka yang harus kita dengarkan. Obama tampil lain meskipun maksudnya sama. Dia datang ke Kairo dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita selama ini. Obama menyampaikan semua hal yang kita semua ingin ketahui darinya. Semua isu yang menjadi perhatian dunia disentuhnya. Seandainya ada sesi tanya jawab mungkin sedikit sekali yang tersisa untuk bisa dipertanyakan karena semua sudah jelas.
Selanjutnya saya akan membahas materi pidatonya.
"As a student of history, ...demikian kota Obama .... yang dilanjutkan dengan kata-kata:.
I know, too, that Islam has always been a part of America's story" ... So let there be no doubt: Islam is a part of America.
Saya tidak bermaksud mengambil teks diatas keluar dari konteksnya, namun saya mempertanyakan dimana Obama belajar sejarah ?
Kata-kata "part of America's Story" seolah hendak mengatakan bahwa keberadaan Islam adalah setelah Amerika. Kata-kata "Islam is part of America" akan kedengaran sama dengan kalau Obama mengatakan "Alaska is part of America". Artinya Islam adalah bagian dari "sesuatu" yang lebih besar. Dengan kata lain lagi, Islam disodorkan sebagai hal yang lebih kecil (inferior).
Sehingga yang tidak "TERKATAKAN" menjadi berbunyi ; bahwa atas kebaikan Amerika-lah maka Islam dapat kami akui sebagai bagian dari The Great America. Sebagaimana yang selanjutnya dikatakan oleh Obama dengan bahasa seperti ini; "The United States has been the greatest sources of progress that the world has ever known "...
Hal yang sama dan sepertinya tidak mungkin berbeda meskipun presidennya adalah Obama adalah pandangannya tentang penjajahan AS di Afganistan, tentang Palestine vs Israel, tentang program Nuklirnya Korea Utara dan Iran, serta persepsinya tentang Terorisme.
Khusus tentang Terorisme substansi bahasa yang digunakannya oleh Obama masih sama dengan pendahulunya, yaitu kami tidak memusuhi Islam namun kami memusuhi "ekstrimis" (Teroris). Kami memusuhi Islam yang berpandangan sempit. Persisnya bahasa yang digunakan Obama; Violent extremists have exploited these tensions in a small but potent minority of Muslims. Pemahanannya tentang siapa itu Al Qaeda mewaris dari pendahulunya, tanpa survei lebih jauh, tanpa presentasi bukti yang berbeda. Pandangan bahwa Al Qaeda adalah sebuah organisasi teroris yang begitu militan dengan Osama bin Laden sebagai Ketuanya adalah warisan stigma dari presiden sebelumnya. Artinya saya tidak menjadi lebih yakin setelah mendengar pidatonya Obama, karena tetap saja Obama bicara tanpa merujuk pada bukti. Obama hanya menunjuk adanya kejadian nyata (9/11) namun tentang penjelasan adanya hubungan sebab akibat dengan Organisasi Teroris tertentu masih didasarkan pada cerita lama.
Meskipun tidak ada bukti yang membantah tentang eksistensi organisasi seperti Al Qaeda, namun juga tidak ada bukti yang meyakinkan tentang kebenaran keberadaannya. Belum pernah ada pengadilan di dunia ini yang menguatkan bukti adanya organisasi terorisme sebagaimana yang dipahami oleh AS. Sebagaimana cerita tentang siapa yang berada di balik pembunuhan presiden Amerika JF Kennedy (JFK) maka sebetulnya tidak beda dengan cerita tentang siapa yang berada dibalik kejadian 9/11, sama-sama tidak diketahuinya. Yang ada adalah berbagai Hoax Theory. Bedanya untuk JFK aktor intelektualnya ada di dalam negeri sementara untuk 9/11 , rakyat Amerika diajak untuk menuding ke luar negeri. Dampak dari tudingan AS atas terorisme di New York ini kemudian AS menjajah Afghanistan? Sulit dimengerti oleh AS adanya pemikiran yang berbeda bahwa Terorisme is A Witch (Hantu)! Ibarat flatus*, ada akibatnya, tidak bisa dibuktikan pelakunya. Menge jar teroris hingga Afghanistan, adalah ibarat mengejar hantu (witch hunt).
Obama memberi alasan; "We did not go by choice, we went because of necessity" What ? Terus terang saya menjadi merasa tidak memiliki intelegensi yang cukup untuk bisa memahami alasan Presiden Obama ini? Menurut Obama invasi AS ke Afghanistan bukan karena kehendak Amerika namun karena desakan kepentingan dunia.
Invasi mengejar hantu ini terbukti sebagai demikian karena setelah lebih dari 7 tahun AS berada di Afghanistan tidak juga ketemu yg dicari. Obama memastikan dalam pidatonya akan terus berada disana. Jadi dalam hal ini Obama tidak akan mempunyai sikap yang berbeda dengan pendahulunya. Kampanyenya tentang "Perubahan" tidak akan berlaku pada kasus ini.
Kemudian saya menyimak lagi kata-kata ini dalam pidatonya Obama; When violent extremists operate in one stretch of mountains, people are endangered across an ocean (Jika ektrimis beroperasi di pegunungan maka akan membahayakan manusia yang berada di seberang lautan). Bahasa yang indah namun sayang faktanya salah. Sebab fakta yang benar adalah tentaranya Amerika yang datang ke pegunungan dengan menyeberangi lautan dan Amerika-lah yang mencederai manusia yang hidup di pegunungan. Inilah yang disebut sebagai pemutar balikkan fakta dalam arti yang sesungguhnya.
Terorisme membunuh manusia tidak bersalah. Perihal ini tidak ada kontroversi. Tetapi Amerika berburu hantu (witch hunt) mengakibatkan orang-orang yang tidak bersalah terbunuh juga.
OBAMA BAGI INDONESIA
Sejuk ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran di kutip. Sejuk ketika mendengar janji yg serius bahwa terhadap orang Islam AS akan bersikap lebih baik. Namun kesejukan yang mempunyai nilai khusus bagi kita adalah ketika Indonesia dijadikan rujukan dalam pidatonya. Ina pertama kali seorang presider AS yang menyebut nama "Indonesia" sebanyak 2 kali dalam satu pidato. Saya angkat sebagai suatu hal yang khusus karena penyebutan nama "Indonesia" kali ini bukan sekedar basa-basi, namun penting untuk mendukung materi pidatonya. Ini menyejukkan karena setidaknya Indonesia menjadi berada dalam peta dunia secara lebih jelas. Menyejukkan karena memperlihatkan seorang presiden Amerika mempunyai kepentingan dengan Indonesia, sehingga sampai perlu menyebutkan dalam pidatonya ketika keberadaannya tidak memerlukan untuk berkata begitu. Berbeda jika Obama bicara di Indonesia atau presiden Indonesia sedang dijamu di Gedung Putih, maka wajar kalau Indonesia disebut-sebut.
Bahwa intinya pidato presiden Obama adalah sebuah rangkulan atau ajakan bersahabat dengan Umat Islam sedunia adalah hal yang jelas. Tidak ada yang berbeda pendapat. jauh lebih jelas dan lebih tegas dari pada yang pernah atau bisa dilakukan oleh pejabat maupun presiden-presiden AS sebelumnya. Dalam konteks untuk lebih meyakinkan inilah Obama menceritakan masa kecilnya ketika sering mendengar Adzan di Indonesia.
Bandingkan ketika Obama berkampanye sebelum terpilih menjadi presiden. Latar belakang masa kecilnya dan bahkan nama tengahnya
(Hussein) seperti disengaja untuk tidak diungkap ke media. Namun ketika pidato di Kairo, Obama mempublikasikan semua hal yang ketika kampanye tampak seperti disembunyikan. Ketika menyebutkan nama lengkapnya dalam pidato itu, saya mendeteksi adanya penekanan pada kata "Hussein".
Untuk warga Muslim di Amerika pidato Obama di Kairo dikatakan sebagai langkah awal yang baik yang berada di jalur yang benar. Meskipun mereka merasa masih harus menunggu kelanjutan dari langkah awal tersebut namun mereka (Muslim Amerika) merasa kali ini ada yang pantas ditunggu (worth the wait). sebagian warga Muslim yang lain menyambut baik ajakan bersahabat, warga Muslim yang lain lagi menganggap itu hanyalah retorika belaka. Saya mewakili warga Muslim yang sedikit yang berpendapat, bahwa usahanya Obama untuk meyakinkan terlalu berlebihan (trying too hard) sehingga yang terbaca adalah lebih sebagai sebuah strategi untuk meyakinkan sasaran pendengarnya, yaitu orang Islam sebanyak 1.5 miliar.
Yang paling menyolok adalah usaha cari simpati dengan pengutipan ayat Al- Quran sebanyak 3 kali, termasuk Al Hujarat:13. Usaha cari muka ini belum termasuk ketika Obama mengucap Assalamu'alaikum di awal pidatonya. sebagai strategi maka menjadi pertanyaan, untuk apa bersahabat dengan umat Islam jika selama ini Amerika bisa berjalan dengan baik tanpa harus bersahabat dengan orang Islam? Dalam bahasa yang lebih nyata maka ajakan bersahabat ini juga bisa diartikan sebagai ajakan untuk beraliansi? Yang tidak jelas adalah beraliansi untuk menghadapi siapa?
Yang sepertinya, tidak diperhitungkan oleh Pidatonya Obama adalah fakta bahwa tidak semua warga Muslim akan peduli di beri sikap "baik" atau "tidak" oleh Amerika. Sebagaimana Amerika bisa berjalan baik tanpa harus bersahabat dengan warga Muslim dunia maka warga Muslim tertentu ini juga merasa bisa berjalan baik tanpa harus menerima kebaikan dari Amerika. Alhasil pidato Obama adalah sebuah kabar baik bagi warga Muslim di Amerika, warga Muslim di Iraq dan warga Muslim di Penjara Guantanamo Bay namun adalah kabar buruk bagi warga Muslim di Afghanistan yang terus akan dijajah. Bagi warga Muslim sisanya, adalah sebuah penantian namun bagi warga Muslim tertentu adalah sebuah kecurigaan.
Obama telah mengganti istilah teroris dengan istilah baru, yaitu extrimis. Istilahnya berbeda namun maknanya sama. siapa yang dimaksud oleh Obama sebagai extrimis adalah sama dengan yang dimaksud oleh Bush sebagai teroris.
Kedua presiden mempunyai sopan santun yang berbeda namun kedua presiden membawa aspirasi dari rakyat yang sama, sehingga hal-hal yang merupakan labelnya Amerika" secara tidak disadari akan tampil secara sama.
Presiden Obama adalah bukan Caucasian (kulit putih) namun dia tetap typical Presiden Amerika, yang secara defakto adalah presiden dunia. Disadari maupun tidak Obama akan terbawa untuk menggunakan bahasa penguasa. Salah satu yang bisa ditafsirkan sebagai bahasanya penguasa adalah usaha mencampur adukkan antara pendapat dan fakta. Atau lebih tepatnya usaha untuk memaksakan suatu pendapat sebagai fakta.
Contoh:
dalam kontek peristiwa 9/11, Obania mengatakan; ....Butlet us be clear: al-Qoedo killed nearly 3,000 people on that day. Disini Obama mencampur adukkan fakta dan pendapat. Tentang 3000 orang meninggal , benar ! itu adalah fakta!. Namun tentang tuduhan bahwa pembunuhnya adalah 'Al Qaeda" maka ini bukanlah "fakta", namun pendapatnya Amerika.
jika ingin obyektif-faktual maka seharusnya Obama berkata; 3000 orang dibunuh oleh teroris yang hingga hari ini Amerika masih menyelidiki siapa sebenarnya teroris ini, namun kami meyakini bahwa organisasi yang bernama Al Qaeda adalah organisasi teroris yang bertanggung jawab ... dan seterusnya... Sehingga kata-kata Obama yang menyatakan "let us be clear" adalah kata-kata yang agak memaksa, sebab hanya penegak hokum di Amerika atau negara-negara barat saja yang "clear" tentang Al-Qaeda, selebihnya adalah tidak.
Contoh pemaksaan pendapat lainnya adalah ketika dalam kontek Holo-caust, Obama mengatakan ; Six million Jews were killed ......Denying that fact is baseless, ignorant, and hateful. Padahal faktanya perihal Holocaust adalah kontroversial. Ada yang percaya ada yang tidak. Namun dalam pidatonya ini Obama memaksakan kita semua untuk percaya. Pada kasus ini bahasanya Obama sebetul-nya tidak berbeda dengan dengan Bush. Model bahasa Obama ini adalah model bahasa yang pengucapannya halus dan sangat santun namun ketika mengatakan kakinya sambil menginjak lawan bicaranya. Dengan kata lain, sebenarnya, yang dikatakan Obama adalah; jika kamu tidak percaya adanya Holocaust maka kamu adalah orang yang goblok dan jahat.
Beralih pada isu Palestine, fakta tentang pendudukan dan penguasaan Israel atas Gaza, yang digantinya dengan istilah yang berbeda , yaitu "settlement". Dalam kasus ini "settlement" tidak sama dengan "pendudukan" namun hanyalah berarti pembangunan fisik oleh Israel. Pelanggaran HAM oleh Israel diperhalus oleh Obama dengan istilah pelanggaran perjaniian.
Sehingga tidak ada solusi yang konkrit. Yang diharapkan tentunya adalah saran tegas Obama untuk membuka blokade di Gaza, dimana Mesir juga berperan serta! Apa yang oleh Hamas merupakan perjuangan kemerdekaan oleh Israel dianggap sebagai kekerasan dan anggapan Israel ini disetujui oleh Obama lewat pidatonya, dengan membuat analogi tentang perjuangan orang kulit hitam di Amerika yang telah berhasil bukan dengan cara kekerasan. Untuk membujuk bangsa Palestina agar bersabar, Obama membandingkan penderitaan bangsa kulit hitam di Amerika yang selama berabad-abad harus mengalami perbudakan dan penghinaan karena segregasi. Analogi ini sama saja mengatakan bahwa penderitaan bangsa Palestina belum seberapa dibanding yang dialami bangsa kulit hitam.
Obama yang berusaha keras untuk bersikap imparsial, tidak akan efektif bila secara terus terang dia mengakui bahwa Israel adalah sahabatnya Amerika yang tidak mungkin dipisahkan '(America's strong bonds with Israel are well known. This bond is unbreakable). Perlunya persahabatan ini didramatisir dengan cerita tentang kaum Yahudi yang di dholimi (istilah Obama, persecuted), istilah mana sebetulnya lebih pantas ditujukan untuk penderitaan bangsa Palestine di Gaza. Pada isu ini yang terlihat adalah betapa Obama sangat berhatihati untuk tidak melukai perasaan Israel, namun tidak meminjukkan kehati-hatian yang sama pada Palestine ketika dengan tegas menyerukan agar "Hamas must put an end to violence".
Kembali pada pertanyaan sudhon atas sebagian Umat Islam tentang mengapa Amerika harus bersahabat dengan Orang Islam ? maka jawab saya diatas adalah karena bermaksud untuk mengajak beraliansi. Pertanyaan selanjutnya, beraliansi untuk menghadapi siapa? Awalnya sa berpikir untuk menghadapi Irak, maupun Korea Utara karena soal program Nuklir mereka. Namun pikiran ini saya tepis sendiri dengan perhitungan bahwa AS akan dengan mudah menghadapi sendiri Iran dan KorUt. Oleh karena itu kecurigaan kemudian saya alihkan kepada negara Cina.
Cina, negara dengan GDP (Gro Domestic Product) sebesar US$ 7 trillion telah melampaui Jepang yaitu pada tahun 2008 GDP-nya hanya US$4.4 Triliun. Atas dasar fakta ini Cina adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika SerikaL. Berarti sudah banyak negara yang terpengaruh oleh perdagangan Cina dan tinggal menunggu waktu Cina dapat menggunakan pengaruhnya pada dunia sebagaimana Amerika.
Penduduk Cina sebesar 1.3 millyar hanya bisa ditandingi oleh populasi orang Islam di dunia sebanyak 1 milyar. Tentang senjata Nuklir, Presiden Iran, dalam pidatonya kampus Universitas Islam jakarta, Ahmadinejad mempertanyakan, jika senjata Nuklir itu adalah "buruk, mengapa Amerika boleh memilikinya, namun jika "baik" mengapa negara lain "tidak boleh memilikinya". Dalam kontek inilah ia mengajak seluruh penduduk dunia untuk mengutuk Iran dan Korea Utara, namun pidato Obama tidak memperlihatkan hal yang demikian ini.
Inilah dalam satu hal yang bagi saya merupakan kemajuan sikap dari presiden pendahulunya, Mr. George W Bush. Pidato Obama perihal nuklir ini seolah seperti menyetujui apa yang dikatakan Ahmadinejad Obama mengatakan:"No single nation should pick and choose whip nations hold nuclear weapons. That why I strongly reaffirmed America's commitment to seek a world in which no nations hold nuclear weapons' Inilah berita baik bagi dunia bahwa nantinya tidak akan ada lagi diskriminasi soal siapa yang boleh memiliki senjata Nuklir. Kota-kata spiritual Obama bahwa "we do unto others we would have them do unto us" tampaknya juga relevan dengan masalah nuklir ini.[dari berbagai sumber]
Forum ini berisi artikel2 terjemahan dari Faithfreedom.org & situs2 lain. Artikel2 yg dibiarkan disini belum dapat dicakupkan kedalam Resource Centre ybs. Hanya penerjemah sukarelawan yang mempunyai akses penuh.
Moderator: Forum Watch
Post a reply
4 posts • Page 1 of 1
Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby Adadeh » Sat Jun 06, 2009 1:23 am
Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Jum’at, 05 June 2009, jam 13:22
Oleh: Atheist Jabali
"Qur’an mengajarkan bahwa siapapun yang membunuh orang yang tak bersalah, itu berarti dia bagaikan membunuh semua umat manusia; dan siapapun yang menyelamatkan nyawa seorang manusia, itu berarti dia bagaikan menyelamatkan semua umat manusia.” Begitulah perkataan Obama di pidatonya di Kairo pada tanggal 4 Juni, 2009, untuk menjilat pantat Muslim, sambil tak lupa memlintir makna ayat tersebut.
Perkataannya itu dikutip dari Q 5:32.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah, perintah ini adalah bagi Bani Israel yakni orang Yahudi. Perintah ini TIDAK ditujukan pada Muslim. Inilah alasannya mengapa sekarang banyak terjadi pembunuhan terhadap warga sipil tak berdosa oleh para ekstrimis Muslim. Para ekstrimis ini tidak membaca apapun selain Qur’an dan mereka memahaminya jauh lebih baik daripada para Muslim KTP dan non-Muslim yang tak pernah baca Qur’an.
Kedua, ayat itu tidak menyebut ORANG YANG TAK BERDOSA di manapun. Lihat terjemahan ayat ini di Islamic Website.
Ketiga, menurut Qur’an (malah di ayat berikutnya), orang bisa dibunuh karena:
(1) membunuh atau
(2) membuat kerusakan di muka bumi (fasad).
Nah, sekarang apa seeh maksudnya membuat kerusakan di muka bumi (fasad)? Ayat berikutnya yakni Q 5:33 menjelaskan:
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
Mari kita lihat lagi di ayat lain apa sih maksud Qur’an akan “membuat kerusakan di muka bumi.”
Q 7:103
Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.
Jadi, menolak Rasul Allâh – berarti ogah memeluk Islam – adalah tindakan “membuat kerusakan”, dan dengan begitu semua kafir karenanya harus dihukum mati. Jadi para pemerintah kafir yang melindungi warga Muslim dengan persamaan hak dan semua hak² lainnya, menurut Muslim adalah “para pembuat kerusakan.”
Sekarang mari kita periksa Tafsir² terkenal tentang penjabarannya akan “membuat kerusakan”. Menurut Tafsir Al-Jalalayn:
“Karena perbuatan Kain, Kami menetapkan pada Bani Israel bahwa siapapun yang membunuh seseorang selain karena orang itu telah membunuh orang lain, atau selain untuk mencegah kerusakan dan kekacauan di bumi, yang dilakukan melalui kekafiran, zinah atau penyergapan dan sejenisnya, ini berarti orang itu membunuh seluruh umat manusia; dan barang siapa yang menyelamatkan sebuah nyawa mausia, dengan cara menahan diri untuk tidak membunuh, ini bagaikan orang itu telah menyelamatkan seluruh umat manusia – Ibn ‘Abbas berkata [bahwa artinya adalah] berhubungan dengan mengambil dan melindungi keselamatan nyawa. Para Rasul kami telah datang pada mereka, yakni Anak² Israel, dengan bukti², muzizat² yang jelas, tapi setelah itu banyak dari mereka yang tetap melakukan kerusakan di bumi, melanggar aturan dengan cara tidak percaya, membunuh, dan sejenisnya.”
Tafsir Ibn Kathir:
"...Sa`id bin Jubayr berkata, “Dia yang membiarkan dirinya menumpahkan darah seorang Muslim, berarti dia mengucurkan darah seluruh umat manusia. Dia yang tidak mengumpahkan darah seorang Muslim, berarti dia tidak menumpahkan darah semua umat manusia.”
Sebagai tambahan, Ibn Jurayj berkata bahwa Al-A’raj berkata bahwa Mujahid menjelaskan tentang ayat ini,
(sama seperti dia membunuh semua umat manusia,)
“Dia yang membunuh nyawa Muslim secara sengaja, Allâh membuat Api Neraka sebagai tempat tinggalnya, Dia akan marah padanya, dan mengutuknya, dan telah menyiapkan hukuman sangat berat baginya, sama hukumannya seperti jikalau orang itu membunuh semua umat manusia.”
Ibn Jurayj berkata bahwa Mujahid menjelaskan tentang ayat ini,
(Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.)
Ayat ini berarti, “Dia yang tidak membunuh siapapun, maka ini berarti nyawa orang² selamat dari dia.”
Setelah mengutip seluruh ayat dan memahami konteksnya dan juga menelaah tafsir²nya, kita mendapatkan bahwa ayat ini ternyata hanya melindungi nyawa Muslim dari pembunuhan yang dilakukan orang lain (di jaman sekarang malah hal ini pun dilanggar Muslim dengan cara kanibalisme Muslim bunuh Muslim). Ayat ini tidak memberi perlindungan apapun bagi kafir, yang halal dibunuh Muslim karena ogah memeluk Islam, sehingga dituduh ‘melakukan kerusakan di muka bumi.’
Dengan begitu sudah jelas bahwa Obama salah mengartikan ayat Qur’an, dan dengan begitu memutarbalikkan maknanya guna menipu diri sendiri dan para kafir lainnya, sambil tak lupa mengambil hati Muslim yang jadi pendengar utama pidatonya.
Selain itu, ayat ini sebenarnya dicontek dari buku Yahudi Mishnah Sanhedrin. Ayat ini tidak tercantum dalam Taurat. Muhammad, yang tak lain adalah Allâh SWT mengira ayat ini merupakan bagian dari Taurat. Hal ini akan dibahas di artikelku yang berikut.
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6162
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am
Top
Re: Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby Rainn Forestha » Sat Jun 06, 2009 6:57 am
Kalo aku ngerasa Obama nih makin lama makin mencurigakan.
Mana sempat bilang amrik teh bukan negara Kristen lalu pede berkoar kalo amrik tuh juga salah satu negara dgn warga islam jumlah besar.
Kenapa ya dia kok hobi mesraan ma islam ?
User avatar
Rainn Forestha
Mulai Suka
Mulai Suka
Posts: 360
Joined: Tue Apr 25, 2006 9:49 pm
Location: earth
* YIM
Top
Re: Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby Adadeh » Sat Jun 13, 2009 4:55 am
Quran 5.32: Obama Kutip Ajaran Talmud yang Bagus sebagai Ajaran Islam untuk Menyenangkan Hati Muslim
Rabu, 10 June 2009, jam 13:22
Oleh: Atheist Jabali
Di artikelku sebelumnya yang berjudul, Obama Distorts Quranic Teachings in Cairo Speech, aku menjelaskan bagaimana Obama mendistorsi ajaran Qur'an di Sura 5 ayat 32 untuk menyenangkan pendengar Muslim, dan juga untuk menipu kafir. Sekarang mari kita telaah kisah latar belakang ayat ini. Harap ingat bahwa ayat ini adalah tentang anak² bangsa (Bani) Isreal. Sekarang pertanyaannya adalah:
1. Apa sih konteksnya?
2. Apakah isi ayat itu benar² dari Tuhan untuk Bani Israel? Apakah perintah itu memang ada dalam Taurat?
Untuk mengetahui jawabannya, kita terlebih dahulu harus menelaah Qur'an 5:27-31, yang mengisahkan dua putra Adam.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Akan sukar bagi pembaca mengetahui kisah sebenarnya dari ayat ini tanpa melihat pada kitab Taurat tentang kisah anak² Adam yakni Kain dan Habil. Qur'an bahkan tidak mencantumkan nama² putra Adam dan persembahan mereka pada Tuhan. Karena itu buat apa mengutip kisah ini dari Qur'an yang tidak jelas, tidak lengkap, tidak karuan urutannya, jika kisah yang jelas sudah tercantum dalam Taurat:
Kejadian 4:2-5
Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Karena persembahan Kain ditolak Tuhan, maka Kain merasa dengki dan dia lalu membunuh Habil. Lalu apa dunk hubungannya dengan Qur'an 5:32? Kan hanya satu orang saja yang dibunuh? Kain sama sekali tidak berniat melakukan pembunuhan massal. Lagipula keterangan di Q 5:32 bahwa pesan ayat adalah bagi bani Israel ternyata sama sekali tidak tercantum di Taurat. Ternyata keterangan ini tercantum dalam Talmud. Mari kita simak apa yang dinyatakan Talmud dalam Mishnah Sanhedrin:
"Kau juga mungkin menyadari bahwa tiada kesamaan antara kasus² sipil dan kriminal. Dalam kasus sipil, orang bisa membayar uang denda bagi kesalahannya; tapi dalam kasus kriminal darah orang yang dibunuh dan juga keluarganya sampai pada akhir semua generasi umat manusia, melekat pada pembunuhnya. Hal ini juga kita temukan dalam kasus Kain, yang membunuh adiknya. Tertulis (dalam Kejadian 4:10): Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah² adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah." Dalam ayat itu tidak tertulis "darah", tapi "darah²", dan ini berarti darah Kain beserta seluruh keluarganya. (Menurut ahli lain, darah dibaca sebagai majemuk, karena darahnya beterbaran di seluruh pepohonan dan bebatuan). Karena itu, bagi seorang manusia yang membunuh satu jiwa manusia, kitab suci menganggap dia telah membunuh seluruh umat manusia di bumi, dan dia yang menyelamatkan satu nyawa orang Israel, maka kitab suci menganggap dia telah menyelamatkan seluruh umat manusia di bumi. Dan juga bagi perdamaian diantara para makhluk, maka seseorang tidak seharusnya berkata begini: Kakekku lebih hebat daripada kakekmu; dan orang bid'ah tidak boleh berkata begini: Banyak pencipta² di surga; dan juga nyatakan kemuliaan bagi Yang Esa, terpujilah Dia. Orang mencetak banyak keping uang dengan satu cetakan, dan semua keping itu tampak sama; tapi Raja di raja, Yang Esa, terpujilah Dia, telah mencetak setiap orang dengan cetakan Adam yang pertama, dan meskipun begitu tidak ada satu orang pun yang persis sama. Karena itu setiap orang seharusnya berkata: Dunia ini diciptakan bagi kepentinganku, karena itu aku harus jadi baik, jujur, dll.
Kitab Talmud itu bukanlah kitab suci atau kitab yang diwahyukan Illahi seperti Taurat. Talmud adalah buku hukum bagi masyarakat Yahudi, berdasarkan penjelasan dan tafsir Taurat yang ditulis oleh para ahli/ rabbi Yahudi. (Adadeh: sama derajatnya seperti hadis dalam Islam.) Penjelasan Talmud di atas menerangkan makna Kejadian 4:10, dan juga pentingnya pesan rohani akan kisah Adam dan Hawa. Tafsir itu juga menjelaskan hanya ada satu Adam yang diciptakan dan bukan kembaran² Adam. Muhammad tidak tahu bahwa keterangan ini adalah tafsir yang ditulis rabbi Yahudi tentang Kejadian 4:10 dalam Taurat dan pentingnya kisah penciptaan Adam. Muhammad mengira tafsir di atas merupakan bagian dari Taurat. Dia memlintir ajaran² baik dalam Talmud jadi begini:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Pada kenyataannya para Muslim umumnya tidak mengutip Q 5:32 secara keseluruhan, karena ayat ini memang babak belur, dan merupakan versi plesetan dari aslinya di Talmud. Mengutip keseluruhan ayat bisa² malah jadi membuat malu saja. Masih dalam konteks ini, mari kita simak komentar dari Maulana Maududi akan Q 5:32:
Sungguh disayangkan bahwa kata² bernilai luhur ini, yang merupakan perintah Tuhan, tidak ditemukan di mana pun dalam Alkitab jaman sekarang. Akan tetapi, Talmud jelas mencantumkan tentang hal ini ... Talmud juga menerangkan bahwa dalam pengadilan bagi pembunuhan, hakim² Israel seringkali mengatakan pada para saksi sebagai berikut: Barangsiapa yang membunuh satu orang, maka dia menanggung hukuman seperti dia membunuh semua umat manusia di bumi.
Maududi mengakui, meskipun penjelasannya kurang tepat, bahwa Q 5:32 yang dinyatakan bagi Allâh untuk bani Israel, ternyata tidak ada di Taurat, tapi ada di Talmud. Dia dengan cerdiknya menutup-nutupi, atau mungkin juga karena kebodohannya sendiri, konteks aslinya yang dicantumkan dalam Talmud.
Kesimpulan
Muhammad, alias Allâh, dengan ngawur mewahyukan Q 5:32 sebagai ayat dari Taurat. Dia tidak tahu bahwa keterangan itu sebenarnya berasal dari Talmud. Dia juga tidak mengerti bahwa pesan "Orang yang membunuh satu orang saja akan menanggung hukuman seakan-akan dia membunuh seluruh umat manusia" berhubungan dengan kisah Kain dan Habil.
Komentar Adadeh:
Jika memang benar Allâh SWT mewahyukan Q 5:32, maka ini berarti Allâh SWT mencontek tulisan manusia/rabbi Yahudi yang menulis keterangan itu di Talmud Mishnah Sanhedrin. Masakan Tuhan mencontek tulisan manusia dan lalu mengakuinya sebagai FirmanNya? Tuhan apaan tuh?
User avatar
Adadeh
Translator
Posts: 6162
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am
Top
Re: Obama Memlintir Makna Qur’an dalam Pidato Kairo
Postby pod-rock » Fri Jun 26, 2009 7:07 am
Pidato Obama di Kairo, artinya bagi umat Islam?
Oleh Wirawan Adnan
(Advokat di Jakarta)
Tabloid Suara Islam
Edisi 69
19 Juni - 3 Juli 2009 M
29 Jumadil Akhir - 9 Rajab 1430 H
Saya berpikir, atau lebih tepatnya mempertanyakan; apakah "pandai berpidato" adalah syarat mutlak untuk bisa dicalonkan menjadi presiden AS? Pidato Obama di Kairo Mesir sungguh memukau.
Pidato Mama secara lengkap sejak Kata pertamanya adalah "I am honoured .." yang dilanjutkan dengan (Assalamu'alaikum), dan ditutup dengan kata-kata "Thank you and may God's peace be upon you". Seluruh gerak tubuh, intonasi, ekspresi wajah, ada keterlibatan emosinya dengan materi pidatonya. Obama seolah menyadari bahwa pendengar dan pemirsanya bukan saja yang saat itu berada di auditorium Universitas Al Azhar namun Obama meyadari dia sedang menjangkau 1.5 milyar penduduk Muslim dunia.
Persiapan apa yang dilakukan oleh seorang presiden.Amerika, khususnya Obama, sehingga Obama bisa berpidato seperti seolah-olah sedang berdialog "one-on one" dengan kita. Apakah dia berlatih sebelum berpidato. Apakah dia dibantu dengan "teleprompter" atau teleteknologi yang lain sehingga dia bisa berpidato seolah seperti berbicara biasa. Bahasanya begitu runtun, lugas namun santun, sistematis, dan terstruktur dengan sempurna. Tidak ada kesalahan yang bersifat tekstual maupun kontektual.
Jika Obama adalah orang kulit putih, maka kekaguman saya biasa-biasa saja. Tidak bermaksud untuk bersikap rasis namun jujur saya katakan jika yang berpidato adalah, wapres Joe Biden, misalnya maka saya akan berpura-pura tidak kagum.
Pidato Obama di Kairo kemarin adalah pidato presiden AS dengan kategori tersendiri, karena terdapat perbedaan yang diametrikal (tajam) dengan presiden-presiden sebelumnya. Semua hal yang disampaikan Obama adalah hal-hal yang ingin kita dengar bukan sebaliknya.
Berbeda ketika Clinton atau Bush berpidato yang adalah sebaliknya dengan Obama karena kita terpaksa mendengar hal-hal yang kita tidak inginkan, mungkin karena kita tidak mengerti. Yang mereka sampaikan adalah tentang kepentingan mereka yang harus kita dengarkan. Obama tampil lain meskipun maksudnya sama. Dia datang ke Kairo dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita selama ini. Obama menyampaikan semua hal yang kita semua ingin ketahui darinya. Semua isu yang menjadi perhatian dunia disentuhnya. Seandainya ada sesi tanya jawab mungkin sedikit sekali yang tersisa untuk bisa dipertanyakan karena semua sudah jelas.
Selanjutnya saya akan membahas materi pidatonya.
"As a student of history, ...demikian kota Obama .... yang dilanjutkan dengan kata-kata:.
I know, too, that Islam has always been a part of America's story" ... So let there be no doubt: Islam is a part of America.
Saya tidak bermaksud mengambil teks diatas keluar dari konteksnya, namun saya mempertanyakan dimana Obama belajar sejarah ?
Kata-kata "part of America's Story" seolah hendak mengatakan bahwa keberadaan Islam adalah setelah Amerika. Kata-kata "Islam is part of America" akan kedengaran sama dengan kalau Obama mengatakan "Alaska is part of America". Artinya Islam adalah bagian dari "sesuatu" yang lebih besar. Dengan kata lain lagi, Islam disodorkan sebagai hal yang lebih kecil (inferior).
Sehingga yang tidak "TERKATAKAN" menjadi berbunyi ; bahwa atas kebaikan Amerika-lah maka Islam dapat kami akui sebagai bagian dari The Great America. Sebagaimana yang selanjutnya dikatakan oleh Obama dengan bahasa seperti ini; "The United States has been the greatest sources of progress that the world has ever known "...
Hal yang sama dan sepertinya tidak mungkin berbeda meskipun presidennya adalah Obama adalah pandangannya tentang penjajahan AS di Afganistan, tentang Palestine vs Israel, tentang program Nuklirnya Korea Utara dan Iran, serta persepsinya tentang Terorisme.
Khusus tentang Terorisme substansi bahasa yang digunakannya oleh Obama masih sama dengan pendahulunya, yaitu kami tidak memusuhi Islam namun kami memusuhi "ekstrimis" (Teroris). Kami memusuhi Islam yang berpandangan sempit. Persisnya bahasa yang digunakan Obama; Violent extremists have exploited these tensions in a small but potent minority of Muslims. Pemahanannya tentang siapa itu Al Qaeda mewaris dari pendahulunya, tanpa survei lebih jauh, tanpa presentasi bukti yang berbeda. Pandangan bahwa Al Qaeda adalah sebuah organisasi teroris yang begitu militan dengan Osama bin Laden sebagai Ketuanya adalah warisan stigma dari presiden sebelumnya. Artinya saya tidak menjadi lebih yakin setelah mendengar pidatonya Obama, karena tetap saja Obama bicara tanpa merujuk pada bukti. Obama hanya menunjuk adanya kejadian nyata (9/11) namun tentang penjelasan adanya hubungan sebab akibat dengan Organisasi Teroris tertentu masih didasarkan pada cerita lama.
Meskipun tidak ada bukti yang membantah tentang eksistensi organisasi seperti Al Qaeda, namun juga tidak ada bukti yang meyakinkan tentang kebenaran keberadaannya. Belum pernah ada pengadilan di dunia ini yang menguatkan bukti adanya organisasi terorisme sebagaimana yang dipahami oleh AS. Sebagaimana cerita tentang siapa yang berada di balik pembunuhan presiden Amerika JF Kennedy (JFK) maka sebetulnya tidak beda dengan cerita tentang siapa yang berada dibalik kejadian 9/11, sama-sama tidak diketahuinya. Yang ada adalah berbagai Hoax Theory. Bedanya untuk JFK aktor intelektualnya ada di dalam negeri sementara untuk 9/11 , rakyat Amerika diajak untuk menuding ke luar negeri. Dampak dari tudingan AS atas terorisme di New York ini kemudian AS menjajah Afghanistan? Sulit dimengerti oleh AS adanya pemikiran yang berbeda bahwa Terorisme is A Witch (Hantu)! Ibarat flatus*, ada akibatnya, tidak bisa dibuktikan pelakunya. Menge jar teroris hingga Afghanistan, adalah ibarat mengejar hantu (witch hunt).
Obama memberi alasan; "We did not go by choice, we went because of necessity" What ? Terus terang saya menjadi merasa tidak memiliki intelegensi yang cukup untuk bisa memahami alasan Presiden Obama ini? Menurut Obama invasi AS ke Afghanistan bukan karena kehendak Amerika namun karena desakan kepentingan dunia.
Invasi mengejar hantu ini terbukti sebagai demikian karena setelah lebih dari 7 tahun AS berada di Afghanistan tidak juga ketemu yg dicari. Obama memastikan dalam pidatonya akan terus berada disana. Jadi dalam hal ini Obama tidak akan mempunyai sikap yang berbeda dengan pendahulunya. Kampanyenya tentang "Perubahan" tidak akan berlaku pada kasus ini.
Kemudian saya menyimak lagi kata-kata ini dalam pidatonya Obama; When violent extremists operate in one stretch of mountains, people are endangered across an ocean (Jika ektrimis beroperasi di pegunungan maka akan membahayakan manusia yang berada di seberang lautan). Bahasa yang indah namun sayang faktanya salah. Sebab fakta yang benar adalah tentaranya Amerika yang datang ke pegunungan dengan menyeberangi lautan dan Amerika-lah yang mencederai manusia yang hidup di pegunungan. Inilah yang disebut sebagai pemutar balikkan fakta dalam arti yang sesungguhnya.
Terorisme membunuh manusia tidak bersalah. Perihal ini tidak ada kontroversi. Tetapi Amerika berburu hantu (witch hunt) mengakibatkan orang-orang yang tidak bersalah terbunuh juga.
OBAMA BAGI INDONESIA
Sejuk ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran di kutip. Sejuk ketika mendengar janji yg serius bahwa terhadap orang Islam AS akan bersikap lebih baik. Namun kesejukan yang mempunyai nilai khusus bagi kita adalah ketika Indonesia dijadikan rujukan dalam pidatonya. Ina pertama kali seorang presider AS yang menyebut nama "Indonesia" sebanyak 2 kali dalam satu pidato. Saya angkat sebagai suatu hal yang khusus karena penyebutan nama "Indonesia" kali ini bukan sekedar basa-basi, namun penting untuk mendukung materi pidatonya. Ini menyejukkan karena setidaknya Indonesia menjadi berada dalam peta dunia secara lebih jelas. Menyejukkan karena memperlihatkan seorang presiden Amerika mempunyai kepentingan dengan Indonesia, sehingga sampai perlu menyebutkan dalam pidatonya ketika keberadaannya tidak memerlukan untuk berkata begitu. Berbeda jika Obama bicara di Indonesia atau presiden Indonesia sedang dijamu di Gedung Putih, maka wajar kalau Indonesia disebut-sebut.
Bahwa intinya pidato presiden Obama adalah sebuah rangkulan atau ajakan bersahabat dengan Umat Islam sedunia adalah hal yang jelas. Tidak ada yang berbeda pendapat. jauh lebih jelas dan lebih tegas dari pada yang pernah atau bisa dilakukan oleh pejabat maupun presiden-presiden AS sebelumnya. Dalam konteks untuk lebih meyakinkan inilah Obama menceritakan masa kecilnya ketika sering mendengar Adzan di Indonesia.
Bandingkan ketika Obama berkampanye sebelum terpilih menjadi presiden. Latar belakang masa kecilnya dan bahkan nama tengahnya
(Hussein) seperti disengaja untuk tidak diungkap ke media. Namun ketika pidato di Kairo, Obama mempublikasikan semua hal yang ketika kampanye tampak seperti disembunyikan. Ketika menyebutkan nama lengkapnya dalam pidato itu, saya mendeteksi adanya penekanan pada kata "Hussein".
Untuk warga Muslim di Amerika pidato Obama di Kairo dikatakan sebagai langkah awal yang baik yang berada di jalur yang benar. Meskipun mereka merasa masih harus menunggu kelanjutan dari langkah awal tersebut namun mereka (Muslim Amerika) merasa kali ini ada yang pantas ditunggu (worth the wait). sebagian warga Muslim yang lain menyambut baik ajakan bersahabat, warga Muslim yang lain lagi menganggap itu hanyalah retorika belaka. Saya mewakili warga Muslim yang sedikit yang berpendapat, bahwa usahanya Obama untuk meyakinkan terlalu berlebihan (trying too hard) sehingga yang terbaca adalah lebih sebagai sebuah strategi untuk meyakinkan sasaran pendengarnya, yaitu orang Islam sebanyak 1.5 miliar.
Yang paling menyolok adalah usaha cari simpati dengan pengutipan ayat Al- Quran sebanyak 3 kali, termasuk Al Hujarat:13. Usaha cari muka ini belum termasuk ketika Obama mengucap Assalamu'alaikum di awal pidatonya. sebagai strategi maka menjadi pertanyaan, untuk apa bersahabat dengan umat Islam jika selama ini Amerika bisa berjalan dengan baik tanpa harus bersahabat dengan orang Islam? Dalam bahasa yang lebih nyata maka ajakan bersahabat ini juga bisa diartikan sebagai ajakan untuk beraliansi? Yang tidak jelas adalah beraliansi untuk menghadapi siapa?
Yang sepertinya, tidak diperhitungkan oleh Pidatonya Obama adalah fakta bahwa tidak semua warga Muslim akan peduli di beri sikap "baik" atau "tidak" oleh Amerika. Sebagaimana Amerika bisa berjalan baik tanpa harus bersahabat dengan warga Muslim dunia maka warga Muslim tertentu ini juga merasa bisa berjalan baik tanpa harus menerima kebaikan dari Amerika. Alhasil pidato Obama adalah sebuah kabar baik bagi warga Muslim di Amerika, warga Muslim di Iraq dan warga Muslim di Penjara Guantanamo Bay namun adalah kabar buruk bagi warga Muslim di Afghanistan yang terus akan dijajah. Bagi warga Muslim sisanya, adalah sebuah penantian namun bagi warga Muslim tertentu adalah sebuah kecurigaan.
Obama telah mengganti istilah teroris dengan istilah baru, yaitu extrimis. Istilahnya berbeda namun maknanya sama. siapa yang dimaksud oleh Obama sebagai extrimis adalah sama dengan yang dimaksud oleh Bush sebagai teroris.
Kedua presiden mempunyai sopan santun yang berbeda namun kedua presiden membawa aspirasi dari rakyat yang sama, sehingga hal-hal yang merupakan labelnya Amerika" secara tidak disadari akan tampil secara sama.
Presiden Obama adalah bukan Caucasian (kulit putih) namun dia tetap typical Presiden Amerika, yang secara defakto adalah presiden dunia. Disadari maupun tidak Obama akan terbawa untuk menggunakan bahasa penguasa. Salah satu yang bisa ditafsirkan sebagai bahasanya penguasa adalah usaha mencampur adukkan antara pendapat dan fakta. Atau lebih tepatnya usaha untuk memaksakan suatu pendapat sebagai fakta.
Contoh:
dalam kontek peristiwa 9/11, Obania mengatakan; ....Butlet us be clear: al-Qoedo killed nearly 3,000 people on that day. Disini Obama mencampur adukkan fakta dan pendapat. Tentang 3000 orang meninggal , benar ! itu adalah fakta!. Namun tentang tuduhan bahwa pembunuhnya adalah 'Al Qaeda" maka ini bukanlah "fakta", namun pendapatnya Amerika.
jika ingin obyektif-faktual maka seharusnya Obama berkata; 3000 orang dibunuh oleh teroris yang hingga hari ini Amerika masih menyelidiki siapa sebenarnya teroris ini, namun kami meyakini bahwa organisasi yang bernama Al Qaeda adalah organisasi teroris yang bertanggung jawab ... dan seterusnya... Sehingga kata-kata Obama yang menyatakan "let us be clear" adalah kata-kata yang agak memaksa, sebab hanya penegak hokum di Amerika atau negara-negara barat saja yang "clear" tentang Al-Qaeda, selebihnya adalah tidak.
Contoh pemaksaan pendapat lainnya adalah ketika dalam kontek Holo-caust, Obama mengatakan ; Six million Jews were killed ......Denying that fact is baseless, ignorant, and hateful. Padahal faktanya perihal Holocaust adalah kontroversial. Ada yang percaya ada yang tidak. Namun dalam pidatonya ini Obama memaksakan kita semua untuk percaya. Pada kasus ini bahasanya Obama sebetul-nya tidak berbeda dengan dengan Bush. Model bahasa Obama ini adalah model bahasa yang pengucapannya halus dan sangat santun namun ketika mengatakan kakinya sambil menginjak lawan bicaranya. Dengan kata lain, sebenarnya, yang dikatakan Obama adalah; jika kamu tidak percaya adanya Holocaust maka kamu adalah orang yang goblok dan jahat.
Beralih pada isu Palestine, fakta tentang pendudukan dan penguasaan Israel atas Gaza, yang digantinya dengan istilah yang berbeda , yaitu "settlement". Dalam kasus ini "settlement" tidak sama dengan "pendudukan" namun hanyalah berarti pembangunan fisik oleh Israel. Pelanggaran HAM oleh Israel diperhalus oleh Obama dengan istilah pelanggaran perjaniian.
Sehingga tidak ada solusi yang konkrit. Yang diharapkan tentunya adalah saran tegas Obama untuk membuka blokade di Gaza, dimana Mesir juga berperan serta! Apa yang oleh Hamas merupakan perjuangan kemerdekaan oleh Israel dianggap sebagai kekerasan dan anggapan Israel ini disetujui oleh Obama lewat pidatonya, dengan membuat analogi tentang perjuangan orang kulit hitam di Amerika yang telah berhasil bukan dengan cara kekerasan. Untuk membujuk bangsa Palestina agar bersabar, Obama membandingkan penderitaan bangsa kulit hitam di Amerika yang selama berabad-abad harus mengalami perbudakan dan penghinaan karena segregasi. Analogi ini sama saja mengatakan bahwa penderitaan bangsa Palestina belum seberapa dibanding yang dialami bangsa kulit hitam.
Obama yang berusaha keras untuk bersikap imparsial, tidak akan efektif bila secara terus terang dia mengakui bahwa Israel adalah sahabatnya Amerika yang tidak mungkin dipisahkan '(America's strong bonds with Israel are well known. This bond is unbreakable). Perlunya persahabatan ini didramatisir dengan cerita tentang kaum Yahudi yang di dholimi (istilah Obama, persecuted), istilah mana sebetulnya lebih pantas ditujukan untuk penderitaan bangsa Palestine di Gaza. Pada isu ini yang terlihat adalah betapa Obama sangat berhatihati untuk tidak melukai perasaan Israel, namun tidak meminjukkan kehati-hatian yang sama pada Palestine ketika dengan tegas menyerukan agar "Hamas must put an end to violence".
Kembali pada pertanyaan sudhon atas sebagian Umat Islam tentang mengapa Amerika harus bersahabat dengan Orang Islam ? maka jawab saya diatas adalah karena bermaksud untuk mengajak beraliansi. Pertanyaan selanjutnya, beraliansi untuk menghadapi siapa? Awalnya sa berpikir untuk menghadapi Irak, maupun Korea Utara karena soal program Nuklir mereka. Namun pikiran ini saya tepis sendiri dengan perhitungan bahwa AS akan dengan mudah menghadapi sendiri Iran dan KorUt. Oleh karena itu kecurigaan kemudian saya alihkan kepada negara Cina.
Cina, negara dengan GDP (Gro Domestic Product) sebesar US$ 7 trillion telah melampaui Jepang yaitu pada tahun 2008 GDP-nya hanya US$4.4 Triliun. Atas dasar fakta ini Cina adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika SerikaL. Berarti sudah banyak negara yang terpengaruh oleh perdagangan Cina dan tinggal menunggu waktu Cina dapat menggunakan pengaruhnya pada dunia sebagaimana Amerika.
Penduduk Cina sebesar 1.3 millyar hanya bisa ditandingi oleh populasi orang Islam di dunia sebanyak 1 milyar. Tentang senjata Nuklir, Presiden Iran, dalam pidatonya kampus Universitas Islam jakarta, Ahmadinejad mempertanyakan, jika senjata Nuklir itu adalah "buruk, mengapa Amerika boleh memilikinya, namun jika "baik" mengapa negara lain "tidak boleh memilikinya". Dalam kontek inilah ia mengajak seluruh penduduk dunia untuk mengutuk Iran dan Korea Utara, namun pidato Obama tidak memperlihatkan hal yang demikian ini.
Inilah dalam satu hal yang bagi saya merupakan kemajuan sikap dari presiden pendahulunya, Mr. George W Bush. Pidato Obama perihal nuklir ini seolah seperti menyetujui apa yang dikatakan Ahmadinejad Obama mengatakan:"No single nation should pick and choose whip nations hold nuclear weapons. That why I strongly reaffirmed America's commitment to seek a world in which no nations hold nuclear weapons' Inilah berita baik bagi dunia bahwa nantinya tidak akan ada lagi diskriminasi soal siapa yang boleh memiliki senjata Nuklir. Kota-kata spiritual Obama bahwa "we do unto others we would have them do unto us" tampaknya juga relevan dengan masalah nuklir ini.[dari berbagai sumber]
PENCAMPURAN ANTARA LELAKI & PEREMPUAN
posted by shayhalib @ 11.30p.m
sunday may , 30 . 2009
Telah maklum diketahui umum bahawa menyatukan pelajar lelaki dengan pelajar perempuan dalam institusi pengajian, sama ada dari peringkat rendah hingga ke peringkat tertinggi adalah kebiasaan yang menular di Negara kita ini. Tambah pula segala aktiviti yang berkaitan dengan pembelajaran & kokurikulum pun sedemikian jua. Lebih-lebih teruk lagi, Asrama lelaki & perempuan berdekatan tanpa ada apa-apa penghadang. Cerita-cerita yang saya dengar sendiri daripada kawan-kawan saya dari kalangan pelajar-pelajar universiti tempatan dalam aliran agama bahawa mereka menyatakan perkara yang tidak enak didengari apabila kita timbangkan dengan neraca syariat.
Pelajar-pelajar jurusan agama ini menyatakan bahawa menjadi kebiasaan pelajar-pelajar membuat hubungan istimewa sesama mereka. Ini kerana, bila setiap hari melihat pelajar perempuan di dalam satu kelas atau pelajar perempuan yang lain pada sesuatu tempat dalam kampus.
Lebih-lebih lagi pelajar perempuan yang mempunyai rupa paras menawan, menjadi rebutan di kalangan pelajar-pelajar lelaki. Sehinggakan ada yang mengirim bunga untuk menawan hati sigadis jelita tersebut. Perhubungan begitu mudah, dengan telefon bimbit memainkan peranan yang penting dalam misi menakluki hati pelajar yang diminati serta sebagai alat yang dapat melayan perasaan pasangan-pasangan yang bercinta ini. Terdapat juga pelajar yang menjalin hubungan ‘istimewa’ dengan pensyarah muda yang memiliki rupa, yang baru menjawat tugas sebagai seorang pensyarah. Dalam kelas menghormatinya sebagai pendidik, dalam telefon bimbit dijadikannya sebagai seorang kekasih yang dirindui.
Lebih parah lagi ada yang berdating sambil berpegangan tangan dan terdapat kes ditangkap berdua-duaan dalam tandas. MasyaAllah!! Na’uuzibillah min zalik! Bukanlah semata-mata saya membongkar perkara-perkara aib sedemikian untuk melekeh & mencela. Saya terpaksa berbuat demikian, hanyalah bertujuan menyatakan hukum syariat tentang pencampuran pelajar lelaki & perempuan. Harap maaf!!! ‘Perkara yang baik dijadikan teladan dan perkara yang buruk dijadikan sempadan.’Inilah realiti yang berlaku serta diakui sendiri oleh pelajar-pelajar IPT, baik dari aliran agama mahupun aliran biasa (lebih parah). Ini kerana, jawapan yang saya terima adalah sama di kalangan pelajar IPT yakni pencampuran pelajar lelaki-perempuan itu membawa kepada elemen-elemen yang tidak baik.Terdapat juga pelajar lelaki menyusup masuk ke dalam bilik pelajar perempuan dan sebaliknya.
Kenapakah perkara ini tidak boleh berlaku? sedangkan semenjak dari kecil lagi muda-mudi kita dikotori fikiran mereka itu dengan tunjuk ajar yang negatif di sisi agama oleh syaitan yang besar iaitu TV & seumpamanya melalui rancangan-rancangan & filem-filem yang dipertontonkan. Didikan buruk yang menyalahi dengan syara’ yang terdapat di dalamnya seperti budaya berasyik-asyik dalam percintaan, adengan-adengan pergaulan bebas yang terbabas daripada batasan-batasan agama Allah Taala. Tidak kurang juga didikan membuka aurat dengan berpakaian yang ketat, singkat & menyingkap segala yang sepatutnya ditutup. Sehingga maruah harga diri seorang muslimat tidak kelihatan lagi melainkan dilihat seperti ciri-ciri perempuan orang kafir yang seperti binatang, bebas tanpa ikatan agama. Begitu juga dengan bahan-bahan cetak yang memainkan peranan penting dalam merosakkan moral muda-mudi kita.
Bemula dari muqadimah zina atau dipanggil sebagai perkara yang membawa kearahnya(zina) iaitu percampuran antara lelaki & perempuan, aktiviti bersama-sama, pandang-memandang, membuat hubungan, bersentuh-sentuhan dan lain-lain, seterusnya boleh membawa kearah melakukan penzinaan itu sendiri.
Allah Taala melarang keras hambanya melakukan muqadimah zina dan zina itu sendiri dalam firmanNya, yang bermaksud: “Janganlah kamu menghampiri zina!”(surah al Israa:32)
Imam Ibnu Kastir menafsirkan ayat ini dalam kitab tafsir beliau dengan katanya: “Allah Taala berfirman(dengan ayat ini) yang mana Ia melarang hambaNya daripada melakukan zina, menghampiri zina, melakukan sebab-sebab kearah zina serta segala perkara yang boleh membawa kepada penzinaan.”
Tersebut dalam kitab Hasyiah Futuhat ilahiyah pada menerangkan ayat ini: “Kerana ayat ini memberi pergertian larangan daripada melakukan muqadimah zina seperti bersentuhan, bercium, melihat(lelaki pandang kepada perempuan atau perempuan melihat kepada lelaki)…”
Firman Allah Taala, yang bermaksud: “Katakan kepada kaum muslimin, Ya Muhammad! Pejamkanlah mata mereka(daripada melihat perkara-perkara yang tidak halal dilihat) dan kawallah alat kelamin mereka itu (daripada melakukan perkara yang tidak halal dilakukan)”(surah Annur:30)
FirmanNya lagi, yang bererti: “Katakanlah kepada kaum muslimat, Ya Muhammad! Pejamkanlah mata mereka(daripada melihat perkara-perkara yang tidak halal dilihat) dan kawallah alat kelamin mereka itu (daripada melakukan perkara yang tidak halal dilakukan)”(surah Annur:31)
Al-Hafiz Ibnu Qayim Aljauziah menyatakan dalam kitab Addaa Wa ddawaa’ m/s 163,bahawa ‘pandangan’ merupakan salah satu daripada punca-punca kemasukkan maksiat pada hamba Allah. Beliau menerangkan hal tersebut dengan katanya: “Adapun pandangan-pandangan itu ianya menarik kepada syahwat & utusannya (syahwat). Kawalan pandangan ialah asas bagi penjagaan alat kelamin (daripada melakukan perkara haram), maka sesiapa melepaskan pandangannya tanpa kawalan nescaya ia meletakkan dirinya ke tempat kebinasaan-kebinasaan. Nabi Muhammad s.a.w bersabda, bermaksud: “Janganlah engkau ikutkan satu pandangan dengan pandangan yang seterusnya, kerana sesungguhnya tidak mengapa bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak harus(haram) bagi engkau pandangan kali kedua.”
Ibnu Qayim menjelaskan lagi: “Pandangan itu asal kebanyakkan terjadinya bala bencana yang menimpa manusia. Ini kerana, ianya mendatangkan lintasan, seterusnya lintasan itu mendatangkan ingatan, seterusnya ingatan itu menerbitkan syahwat, seterusnya syahwat menerbitkan keinginan yang kuat maka jadilah azam yang teguh, lantas berlakulah perbuatan(zina) selagi tiada sesuatu yang menghalangnya. Kerana inilah, dimadahkan “Sabar pada memejam mata (tiada melihat perkara haram) ialah terlebih mudah daripada sabar terhadap kesakitan yang akan terjadi selepasnya…”
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban & Ishak bin Rahawaih daripada Asmaa binti Yazid, yang bermaksud: “Bahawa Nabi s.a.w bersabda: “Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan perempuan…” Al-Hafiz Ibnu Hajar menyatakan hadis ini adalah hadis hasan.
Hadis yang bermaksud: “Demi Allah! Bahawa dicucuk seseorang daripada kalangan kamu di kepalanya dengan jarum besi adalah terlebih baik daripada ia bersentuhan dengan perempuan yang tidak halal baginya.”(Riwayat Tabarani).Al-Hafiz Ibnu Hajar membilang hadis ini sebagai hadis hasan.
Membuat hubungan percintaan di antara lelaki dengan perempuan tanpa ikatan yang sah terlebih dahulu adalah haram. Allah Taala melarang hambaNya daripada apa bentuk perkara, sama ada dengan melihat ,membuat hubungan, menyentuh dan lain-lain yang merupakan habuan nafsu syahwat antara lelaki dan perempuan. Membuat hubungan intim hingga asyik dalam percintaan adalah merupakan muqadimah zina. Keasyikkan dan mabuk di alam percintaan ini membawa kekancah yang terlebih keji.
Ibnu Qayim menyatakan bahawa keasyikkan cinta pada sesuatu itu tidak dapat memberi kemaslahatan kepada dunia dan akhirat bahkan kemudaratannya bersangatan.
Beliau menerangkan di antara beberapa sebab keburukan yang terjadi daripada keasyikkan itu, dengan katanya: “Bahawa kerosakkan segi keduniaan dan keakhiratan bagi orang-orang yang asyik mabuk dengan sesuatu itu (asyik percintaan lelaki dengan perempuan atau asyik mabuk dengan perkara maksiat) terlebih cepat daripada api menghanguskan kayu yang kering. Ini adalah kerana hati itu, setiap kali ia berdekatan dengan keasyikkan dan kuat perhubungan dengannya necaya jauhlah ia daripada Allah. Sejauh-jauh hati daripada Allah adalah hati orang-orang yang asyik dengan sesuatu. Apabila hati itu jauh daripada Allah, maka datanglah kepadanya kerosakkan-kerosakkan dan Syaitan mengambil alih memerintah hati tersebut dari segenap segi serta dapat mengerasinya. Syaitan tidak akan membiarkan dengan memberi kemudharatan yang semungkin ia dapat berikan kepada hati itu melainkan ia lakukannya. Maka apakah lagi diandaikan pada hati yang telah dapat musuhnya menguasainya dan bersungguh-sungguh menyesatkan dan membinasakan makhluk Allah?? Apakah yang dapat diandaikan pada hati yang jauh daripada penjaganya(Allah) sedangkan tiada ada kebahagiaan, kejayaan& kegembiraan melainkan dengan menghampiriNya serta di dalam penjagaanNya??
Disebabkan keasyikkan inilah, mereka sanggup merelakan & melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh Syariat sepertimana keasyikkan cinta Zulaikha yang mendalam terhadap Nabi Yusuf, membuat ia bertindak di luar batasan.
Firman Allah,bermaksud: “Zulaikha memujuk-mujuk Yusuf untuk melakukan perbuatan sumbang ketikamana Yusuf di dalam biliknya (Zulaikha) & ia mengunci pintu biliknya itu, seterusnya berkata kepada Yusuf: “Kemarilah padaku…”(Yusuf:23). Ini adalah disebabkan keasyikkan cintanya yang mendalam terhadap Nabi Yusuf. FirmanNya Taala yang menceritakan perbualan perempuan-perempuan di Bandar Mesir terhadap Zulaikha, bermaksud: “…sesungguhnya Zulaikha itu terlalu asyik mencintai hambanya (Yusuf)…”(Yusuf:30).
Bertitik mulai daripada percampuran lelaki dengan perempuan itulah yang membawa kepada muqadimah-muqadimah zina yang lain seperti melihat, membuat hubungan,bersentuhan dan lain-lain serta boleh membawa kearah penzinaan itu sendiri. Kerana inilah, Allah Taala melarang hambaNya daripada pencampuran antara lelaki dengan perempuan melalui penurunan ‘Ayat Hijab’.
FirmanNya,bererti: “ Apabila kamu meminta sesuatu daripada mereka itu(isteri-isteri Nabi),maka pintalah kepada mereka melalui belakang tabir (penghadang). Demikian itu, terlebih membaiki & membersihkan hati kamu & hati mereka (isteri-isteri Nabi).” (AlAhzab:53).
Imam Qurtubi berkata: “Allah Taala menghendaki dengan ayat ini bahawa (meminta melalui belakang tabir) terlebih membersihkan hati daripada segala lintasan yang tidak baik,yang mendatangi bagi kaum lelaki pada lintasan perkara-perkara yang berkaitan dengan kaum wanita & yang mendatangi bagi kaum wanita pada lintasan perkara-perkara yang berkaitan dengan kaum lelaki. Yakni, demikian itu terlebih menafi & menjauhkan daripada tomahan serta terlebih teguh pada kawalan(daripada berlaku perkara yang ditegah)…”
Ayat Hijab ini umum hukumnya bagi sekalian Muslimat,bukan hanya untuk isteri-isteri Nabi s.a.w. Ini kerana, apabila golongan sebaik-baik umat iaitu para sahabat & isteri-isteri baginda disyarakan hijab penghadang antara mereka maka umat yang terkemudian, yang mana kemungkaran berleluasan terlebih utama lagi dengan hukum ini. Lebih-lebih lagi,telah diyakini dengan secara umum bahawa berlakunya muqadimah zina & seterusnya penzinaan,apabila tiada mengasingkan antara lelaki dengan perempuan seperti yang berlaku di insitusi-insitusi pengajian.
Imam Qurtubi menjelaskan bahawa ayat Hijab ini umum hukumnya, dengan katanya: “Pada ayat ini menjadi dalil bahawa Allah Taala membenarkan meminta kepada isteri-isteri Nabi s.a.w disebalik tabir, apabila terdapat sesuatu hajat atau pun masalah agama yang diminta fatwa daripada isteri-isteri baginda. Termasuklah sekalian perempuan (tidak hanya isteri-isteri Nabi) dalam hukum sedemikian dengan pergertian yang difahami daripada ayat tersebut&juga dengan apa yang terdapat di dalamnya asas-asas syariat iaitu dari segi diri wanita itu adalah aurat, sama ada badannya&suaranya(di sisi mazhab Syafie: suaranya aurat jika seseorang lelaki terasa enak apabila mendengarnya)…”
Sebagai menguatkan bahawa ayat Hijab ini bersifat umum,terdapat di antara beberapa riwayat hadis tentang sebab turunnya ayat ini, riwayat yang menunjukkan bahawa pencampuran itu membawa kepada perkara-perkara yang tidak elok. Hadis yang dikeluarkan oleh Nasaie daripada Mujahid seterusnya daripada Aisyah,yang bererti: “Adalah aku makan ‘Haisan’(bubur yang dibuat daripada tamar,minyak sapi&gandum) bersama Nabi s.a.w di dalam satu mangkuk maka Umar melewati kami lalu baginda menjemputnya&ia pun makan bersama.Kemudian,tersentuh tangan Umar dengan tanganku lantas ia berkata: “Bagus-bagus!!” atau “Wah-wah!!”(nada tidak menyukai).Umar menambah lagi: “Jika diikutkan kehendakku terhadap isteri-isteri Nabi ini, aku harap mereka tidak dilihat oleh mata manusia, lalu diturunkan ayat Hijab.”
Nabi s.a.w mengambil perhatian serius dan memberi penekanan yang berat terhadap percampuran tersebut sehinggakan kelibat kaum Hawa ini pun,baginda tidak membenarkannya.Ini sebagaimana yang terdapat di dalam Sahih Bukhari daripada sanadnya yang berhubung kepada Az-Zuhri daripada Hindun Bt. Haris seterusnya daripada Ummu Salamah r.dh anha,berkata: “Adalah Rasulullah s.a.w,apabila memberi salam(di dalam solat),lalu kaum perempuan bangun berdiri ketika telah selesai salam baginda.Baginda tetap sejenak di tempat duduknya sebelum bangun berdiri.Kata Perawi(Az-Zuhri): “Kami berpendapat(wallahu ‘aklam) perbuatan Nabi tersebut supaya kaum wanita beredar sebelum dapat dilihat oleh seorang pun daripada kaum lelaki.”(Sahih Bukhari: bab solat kaum wanita di belakang kaum lelaki).
beginilah kesudahannya berakhir dengan dosa besar,walaupun dosa kecil hanya melihat perempuan,lame-kelamaan dosa kecil tadi menjadi besar dan mudah untuk membuat dosa besar.
WALLAHU’ALAM….
sunday may , 30 . 2009
Telah maklum diketahui umum bahawa menyatukan pelajar lelaki dengan pelajar perempuan dalam institusi pengajian, sama ada dari peringkat rendah hingga ke peringkat tertinggi adalah kebiasaan yang menular di Negara kita ini. Tambah pula segala aktiviti yang berkaitan dengan pembelajaran & kokurikulum pun sedemikian jua. Lebih-lebih teruk lagi, Asrama lelaki & perempuan berdekatan tanpa ada apa-apa penghadang. Cerita-cerita yang saya dengar sendiri daripada kawan-kawan saya dari kalangan pelajar-pelajar universiti tempatan dalam aliran agama bahawa mereka menyatakan perkara yang tidak enak didengari apabila kita timbangkan dengan neraca syariat.
Pelajar-pelajar jurusan agama ini menyatakan bahawa menjadi kebiasaan pelajar-pelajar membuat hubungan istimewa sesama mereka. Ini kerana, bila setiap hari melihat pelajar perempuan di dalam satu kelas atau pelajar perempuan yang lain pada sesuatu tempat dalam kampus.
Lebih-lebih lagi pelajar perempuan yang mempunyai rupa paras menawan, menjadi rebutan di kalangan pelajar-pelajar lelaki. Sehinggakan ada yang mengirim bunga untuk menawan hati sigadis jelita tersebut. Perhubungan begitu mudah, dengan telefon bimbit memainkan peranan yang penting dalam misi menakluki hati pelajar yang diminati serta sebagai alat yang dapat melayan perasaan pasangan-pasangan yang bercinta ini. Terdapat juga pelajar yang menjalin hubungan ‘istimewa’ dengan pensyarah muda yang memiliki rupa, yang baru menjawat tugas sebagai seorang pensyarah. Dalam kelas menghormatinya sebagai pendidik, dalam telefon bimbit dijadikannya sebagai seorang kekasih yang dirindui.
Lebih parah lagi ada yang berdating sambil berpegangan tangan dan terdapat kes ditangkap berdua-duaan dalam tandas. MasyaAllah!! Na’uuzibillah min zalik! Bukanlah semata-mata saya membongkar perkara-perkara aib sedemikian untuk melekeh & mencela. Saya terpaksa berbuat demikian, hanyalah bertujuan menyatakan hukum syariat tentang pencampuran pelajar lelaki & perempuan. Harap maaf!!! ‘Perkara yang baik dijadikan teladan dan perkara yang buruk dijadikan sempadan.’Inilah realiti yang berlaku serta diakui sendiri oleh pelajar-pelajar IPT, baik dari aliran agama mahupun aliran biasa (lebih parah). Ini kerana, jawapan yang saya terima adalah sama di kalangan pelajar IPT yakni pencampuran pelajar lelaki-perempuan itu membawa kepada elemen-elemen yang tidak baik.Terdapat juga pelajar lelaki menyusup masuk ke dalam bilik pelajar perempuan dan sebaliknya.
Kenapakah perkara ini tidak boleh berlaku? sedangkan semenjak dari kecil lagi muda-mudi kita dikotori fikiran mereka itu dengan tunjuk ajar yang negatif di sisi agama oleh syaitan yang besar iaitu TV & seumpamanya melalui rancangan-rancangan & filem-filem yang dipertontonkan. Didikan buruk yang menyalahi dengan syara’ yang terdapat di dalamnya seperti budaya berasyik-asyik dalam percintaan, adengan-adengan pergaulan bebas yang terbabas daripada batasan-batasan agama Allah Taala. Tidak kurang juga didikan membuka aurat dengan berpakaian yang ketat, singkat & menyingkap segala yang sepatutnya ditutup. Sehingga maruah harga diri seorang muslimat tidak kelihatan lagi melainkan dilihat seperti ciri-ciri perempuan orang kafir yang seperti binatang, bebas tanpa ikatan agama. Begitu juga dengan bahan-bahan cetak yang memainkan peranan penting dalam merosakkan moral muda-mudi kita.
Bemula dari muqadimah zina atau dipanggil sebagai perkara yang membawa kearahnya(zina) iaitu percampuran antara lelaki & perempuan, aktiviti bersama-sama, pandang-memandang, membuat hubungan, bersentuh-sentuhan dan lain-lain, seterusnya boleh membawa kearah melakukan penzinaan itu sendiri.
Allah Taala melarang keras hambanya melakukan muqadimah zina dan zina itu sendiri dalam firmanNya, yang bermaksud: “Janganlah kamu menghampiri zina!”(surah al Israa:32)
Imam Ibnu Kastir menafsirkan ayat ini dalam kitab tafsir beliau dengan katanya: “Allah Taala berfirman(dengan ayat ini) yang mana Ia melarang hambaNya daripada melakukan zina, menghampiri zina, melakukan sebab-sebab kearah zina serta segala perkara yang boleh membawa kepada penzinaan.”
Tersebut dalam kitab Hasyiah Futuhat ilahiyah pada menerangkan ayat ini: “Kerana ayat ini memberi pergertian larangan daripada melakukan muqadimah zina seperti bersentuhan, bercium, melihat(lelaki pandang kepada perempuan atau perempuan melihat kepada lelaki)…”
Firman Allah Taala, yang bermaksud: “Katakan kepada kaum muslimin, Ya Muhammad! Pejamkanlah mata mereka(daripada melihat perkara-perkara yang tidak halal dilihat) dan kawallah alat kelamin mereka itu (daripada melakukan perkara yang tidak halal dilakukan)”(surah Annur:30)
FirmanNya lagi, yang bererti: “Katakanlah kepada kaum muslimat, Ya Muhammad! Pejamkanlah mata mereka(daripada melihat perkara-perkara yang tidak halal dilihat) dan kawallah alat kelamin mereka itu (daripada melakukan perkara yang tidak halal dilakukan)”(surah Annur:31)
Al-Hafiz Ibnu Qayim Aljauziah menyatakan dalam kitab Addaa Wa ddawaa’ m/s 163,bahawa ‘pandangan’ merupakan salah satu daripada punca-punca kemasukkan maksiat pada hamba Allah. Beliau menerangkan hal tersebut dengan katanya: “Adapun pandangan-pandangan itu ianya menarik kepada syahwat & utusannya (syahwat). Kawalan pandangan ialah asas bagi penjagaan alat kelamin (daripada melakukan perkara haram), maka sesiapa melepaskan pandangannya tanpa kawalan nescaya ia meletakkan dirinya ke tempat kebinasaan-kebinasaan. Nabi Muhammad s.a.w bersabda, bermaksud: “Janganlah engkau ikutkan satu pandangan dengan pandangan yang seterusnya, kerana sesungguhnya tidak mengapa bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak harus(haram) bagi engkau pandangan kali kedua.”
Ibnu Qayim menjelaskan lagi: “Pandangan itu asal kebanyakkan terjadinya bala bencana yang menimpa manusia. Ini kerana, ianya mendatangkan lintasan, seterusnya lintasan itu mendatangkan ingatan, seterusnya ingatan itu menerbitkan syahwat, seterusnya syahwat menerbitkan keinginan yang kuat maka jadilah azam yang teguh, lantas berlakulah perbuatan(zina) selagi tiada sesuatu yang menghalangnya. Kerana inilah, dimadahkan “Sabar pada memejam mata (tiada melihat perkara haram) ialah terlebih mudah daripada sabar terhadap kesakitan yang akan terjadi selepasnya…”
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban & Ishak bin Rahawaih daripada Asmaa binti Yazid, yang bermaksud: “Bahawa Nabi s.a.w bersabda: “Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan perempuan…” Al-Hafiz Ibnu Hajar menyatakan hadis ini adalah hadis hasan.
Hadis yang bermaksud: “Demi Allah! Bahawa dicucuk seseorang daripada kalangan kamu di kepalanya dengan jarum besi adalah terlebih baik daripada ia bersentuhan dengan perempuan yang tidak halal baginya.”(Riwayat Tabarani).Al-Hafiz Ibnu Hajar membilang hadis ini sebagai hadis hasan.
Membuat hubungan percintaan di antara lelaki dengan perempuan tanpa ikatan yang sah terlebih dahulu adalah haram. Allah Taala melarang hambaNya daripada apa bentuk perkara, sama ada dengan melihat ,membuat hubungan, menyentuh dan lain-lain yang merupakan habuan nafsu syahwat antara lelaki dan perempuan. Membuat hubungan intim hingga asyik dalam percintaan adalah merupakan muqadimah zina. Keasyikkan dan mabuk di alam percintaan ini membawa kekancah yang terlebih keji.
Ibnu Qayim menyatakan bahawa keasyikkan cinta pada sesuatu itu tidak dapat memberi kemaslahatan kepada dunia dan akhirat bahkan kemudaratannya bersangatan.
Beliau menerangkan di antara beberapa sebab keburukan yang terjadi daripada keasyikkan itu, dengan katanya: “Bahawa kerosakkan segi keduniaan dan keakhiratan bagi orang-orang yang asyik mabuk dengan sesuatu itu (asyik percintaan lelaki dengan perempuan atau asyik mabuk dengan perkara maksiat) terlebih cepat daripada api menghanguskan kayu yang kering. Ini adalah kerana hati itu, setiap kali ia berdekatan dengan keasyikkan dan kuat perhubungan dengannya necaya jauhlah ia daripada Allah. Sejauh-jauh hati daripada Allah adalah hati orang-orang yang asyik dengan sesuatu. Apabila hati itu jauh daripada Allah, maka datanglah kepadanya kerosakkan-kerosakkan dan Syaitan mengambil alih memerintah hati tersebut dari segenap segi serta dapat mengerasinya. Syaitan tidak akan membiarkan dengan memberi kemudharatan yang semungkin ia dapat berikan kepada hati itu melainkan ia lakukannya. Maka apakah lagi diandaikan pada hati yang telah dapat musuhnya menguasainya dan bersungguh-sungguh menyesatkan dan membinasakan makhluk Allah?? Apakah yang dapat diandaikan pada hati yang jauh daripada penjaganya(Allah) sedangkan tiada ada kebahagiaan, kejayaan& kegembiraan melainkan dengan menghampiriNya serta di dalam penjagaanNya??
Disebabkan keasyikkan inilah, mereka sanggup merelakan & melakukan perkara-perkara yang ditegah oleh Syariat sepertimana keasyikkan cinta Zulaikha yang mendalam terhadap Nabi Yusuf, membuat ia bertindak di luar batasan.
Firman Allah,bermaksud: “Zulaikha memujuk-mujuk Yusuf untuk melakukan perbuatan sumbang ketikamana Yusuf di dalam biliknya (Zulaikha) & ia mengunci pintu biliknya itu, seterusnya berkata kepada Yusuf: “Kemarilah padaku…”(Yusuf:23). Ini adalah disebabkan keasyikkan cintanya yang mendalam terhadap Nabi Yusuf. FirmanNya Taala yang menceritakan perbualan perempuan-perempuan di Bandar Mesir terhadap Zulaikha, bermaksud: “…sesungguhnya Zulaikha itu terlalu asyik mencintai hambanya (Yusuf)…”(Yusuf:30).
Bertitik mulai daripada percampuran lelaki dengan perempuan itulah yang membawa kepada muqadimah-muqadimah zina yang lain seperti melihat, membuat hubungan,bersentuhan dan lain-lain serta boleh membawa kearah penzinaan itu sendiri. Kerana inilah, Allah Taala melarang hambaNya daripada pencampuran antara lelaki dengan perempuan melalui penurunan ‘Ayat Hijab’.
FirmanNya,bererti: “ Apabila kamu meminta sesuatu daripada mereka itu(isteri-isteri Nabi),maka pintalah kepada mereka melalui belakang tabir (penghadang). Demikian itu, terlebih membaiki & membersihkan hati kamu & hati mereka (isteri-isteri Nabi).” (AlAhzab:53).
Imam Qurtubi berkata: “Allah Taala menghendaki dengan ayat ini bahawa (meminta melalui belakang tabir) terlebih membersihkan hati daripada segala lintasan yang tidak baik,yang mendatangi bagi kaum lelaki pada lintasan perkara-perkara yang berkaitan dengan kaum wanita & yang mendatangi bagi kaum wanita pada lintasan perkara-perkara yang berkaitan dengan kaum lelaki. Yakni, demikian itu terlebih menafi & menjauhkan daripada tomahan serta terlebih teguh pada kawalan(daripada berlaku perkara yang ditegah)…”
Ayat Hijab ini umum hukumnya bagi sekalian Muslimat,bukan hanya untuk isteri-isteri Nabi s.a.w. Ini kerana, apabila golongan sebaik-baik umat iaitu para sahabat & isteri-isteri baginda disyarakan hijab penghadang antara mereka maka umat yang terkemudian, yang mana kemungkaran berleluasan terlebih utama lagi dengan hukum ini. Lebih-lebih lagi,telah diyakini dengan secara umum bahawa berlakunya muqadimah zina & seterusnya penzinaan,apabila tiada mengasingkan antara lelaki dengan perempuan seperti yang berlaku di insitusi-insitusi pengajian.
Imam Qurtubi menjelaskan bahawa ayat Hijab ini umum hukumnya, dengan katanya: “Pada ayat ini menjadi dalil bahawa Allah Taala membenarkan meminta kepada isteri-isteri Nabi s.a.w disebalik tabir, apabila terdapat sesuatu hajat atau pun masalah agama yang diminta fatwa daripada isteri-isteri baginda. Termasuklah sekalian perempuan (tidak hanya isteri-isteri Nabi) dalam hukum sedemikian dengan pergertian yang difahami daripada ayat tersebut&juga dengan apa yang terdapat di dalamnya asas-asas syariat iaitu dari segi diri wanita itu adalah aurat, sama ada badannya&suaranya(di sisi mazhab Syafie: suaranya aurat jika seseorang lelaki terasa enak apabila mendengarnya)…”
Sebagai menguatkan bahawa ayat Hijab ini bersifat umum,terdapat di antara beberapa riwayat hadis tentang sebab turunnya ayat ini, riwayat yang menunjukkan bahawa pencampuran itu membawa kepada perkara-perkara yang tidak elok. Hadis yang dikeluarkan oleh Nasaie daripada Mujahid seterusnya daripada Aisyah,yang bererti: “Adalah aku makan ‘Haisan’(bubur yang dibuat daripada tamar,minyak sapi&gandum) bersama Nabi s.a.w di dalam satu mangkuk maka Umar melewati kami lalu baginda menjemputnya&ia pun makan bersama.Kemudian,tersentuh tangan Umar dengan tanganku lantas ia berkata: “Bagus-bagus!!” atau “Wah-wah!!”(nada tidak menyukai).Umar menambah lagi: “Jika diikutkan kehendakku terhadap isteri-isteri Nabi ini, aku harap mereka tidak dilihat oleh mata manusia, lalu diturunkan ayat Hijab.”
Nabi s.a.w mengambil perhatian serius dan memberi penekanan yang berat terhadap percampuran tersebut sehinggakan kelibat kaum Hawa ini pun,baginda tidak membenarkannya.Ini sebagaimana yang terdapat di dalam Sahih Bukhari daripada sanadnya yang berhubung kepada Az-Zuhri daripada Hindun Bt. Haris seterusnya daripada Ummu Salamah r.dh anha,berkata: “Adalah Rasulullah s.a.w,apabila memberi salam(di dalam solat),lalu kaum perempuan bangun berdiri ketika telah selesai salam baginda.Baginda tetap sejenak di tempat duduknya sebelum bangun berdiri.Kata Perawi(Az-Zuhri): “Kami berpendapat(wallahu ‘aklam) perbuatan Nabi tersebut supaya kaum wanita beredar sebelum dapat dilihat oleh seorang pun daripada kaum lelaki.”(Sahih Bukhari: bab solat kaum wanita di belakang kaum lelaki).
beginilah kesudahannya berakhir dengan dosa besar,walaupun dosa kecil hanya melihat perempuan,lame-kelamaan dosa kecil tadi menjadi besar dan mudah untuk membuat dosa besar.
WALLAHU’ALAM….
Apakah Saya Gila?
Leila Ch Budiman Psikolog
Mengapa Si Gadis Ini Begitu?
“Gadis" di Jateng
Ibu Leila yang baik, saya (gadis, 24) mempunyai libido sangat kuat untuk memuaskan diri sendiri (masturbasi). Saya belum menikah dan tidak mempunyai kekasih. Selesai kuliah, saya lalu mengelola butik.
Sehari-hari saya sudah cukup sibuk, tetapi keinginan itu makin hebat. Malah saya sering berfantasi ada pria yang mencumbui saya, juga dalam mimpi. Bahkan, dalam mimpi saya dalam keadaan bugil, lalu dipergoki orang banyak yang tidak saya kenal, hingga saya orgasme. Saya kadang berpikir, apakah saya sudah menjadi gila.
Saya sering membayangkan bagaimana kalau saya tidak berpakaian (telanjang) selama di rumah, tetapi saya khawatir dilihat orang-orang. Saya adalah anak tunggal, tidak pernah melihat film porno. Saya hanya mendapat pengetahuan seks lewat majalah-majalah dan koran-koran. Masturbasi saya tidak ekstrem, tidak menggunakan alat apa pun, hanya sekadar fantasi saja, tanpa alat bantu.
Saya membaca penelitian di luar negeri yang mengatakan bahwa masturbasi bisa melenyapkan depresi, apakah benar? Saya sudah berusaha menyibukkan diri, tetapi selalu gagal, apakah saya sudah sakit jiwa? Bahayakah orang yang melakukan masturbasi? Keluarga saya baik-baik saja, hidup kami cukup layak. Apakah keinginan masturbasi adalah hal yang wajar bagi manusia? Apakah orang yang sudah menikah juga melakukan masturbasi?
Saya sering tidak mengenakan pakaian dalam ke butik dan rok minimalis. Saya justru makin terangsang kalau ada laki-laki atau perempuan yang melihat ke arah saya ketika tidak memakai celana dalam. Apakah saya sudah termasuk hiperseks? Tolong jelaskan kepada saya apa sebenarnya masturbasi, bagaimana cara mengatasinya, dan sampai umur berapa libido perempuan akan menurun? Sebenarnya apa ciri-ciri perempuan yang terangsang? Tolong rahasiakan nama dan tempat saya tinggal ya, Bu.
Jeng Gadis di Jateng
Wah banyak betul pertanyaannya! Seram juga ya kalau Anda lagi berbugil ria di rumah tiba-tiba ada kepala nongol di jendela, bisa-bisa dia pikir, "Amit-amit ada orgil (orang gila) di dalam!!" Atau kalau malam hari Anda mondar-mandir tanpa busana, bisa disangka kolong-wewe. Jadi Dis, tolong jangan sembarangan telanjang, meskipun di rumah sendiri.
Sebenarnya daya tarik seksual dan kegiatan seksual ada pada setiap makhluk hidup, ini berguna sekali untuk meneruskan jenisnya. Jadi, ketertarikan dan kebutuhan seksual adalah sangat wajar, sewajar kebutuhan makan dan minum. Namun, kita bukanlah kucing dan bukan pula lalat, jadi aneka kegiatan seputar seks ini dibatasi norma sosial. Tidak elok pakai busana serba minim—tanpa celana dalam—sebab mudah dibaca sebagai, "Please, seduce me."
Menurut Deborah Blum dalam bukunya Sex on the Brain (1997), dorongan seksual laki-laki empat kali lebih besar daripada perempuan. Misalnya, seorang perempuan yang bercakap soal biasa dengan tersenyum, mengira senyumnya itu akan mempermudah jalan pembicaraan. Padahal, laki-laki yang diajak omong itu mengartikannya sebagai undangan ke adegan ranjang! Apalagi kalau baju perempuan itu serba minim dan tanpa celana dalam, Waaaah...!!! Saya khawatir sikapmu akan mengumpulkan para "buaya", mata keranjang, dan om senang saja.
Masturbasi adalah pemuasan seks dengan tujuan orgasme, dalam bentuk apa pun, tanpa sanggama. Kata ini berasal dari bahasa Latin masturbare yang berarti membanjiri diri sendiri dengan sesuatu yang kurang baik (memolusi).
Kata lain adalah onani dan bahasa gaulnya adalah seks swalayan. Menurut pakar seks, Dr David Reuben, dalam buku yang sering dijadikan acuan seks, Everything You Always Wanted to Know About Sex, But Were Afraid to Ask, kegiatan "masturbasi" ini sudah ada sejak bayi berumur 6 bulan dan polanya mulai kelihatan, ketika anak balita berumur 2 atau 3 tahun.
Tentu saja awal kegiatan itu terjadi tanpa disengaja. Ketika ibunya membersihkan sang bayi di daerah kemaluannya, ia merasakan senang. Lama-kelamaan terjadilah asosiasi antara seks itu dan rasa yang menyenangkan sehingga ia cenderung mengulang dengan memegang organ seksnya, mengelus-elus, atau menggosoknya. Pada anak balita dan anak-anak kecil dilakukan sambil memeluk boneka, atau guling, atau ketika main dengan kuda ayunannya.
Tambah lama gerakan ini semakin nyata, yang tentu saja sangat ditentang orangtua dan orang dewasa lainnya. Pelarangan ini juga membuat asosiasi bahwa memegang "anu"-nya tidak boleh, atau tidak boleh diketahui orangtua, sebab dengan teman sebayanya aman saja. Karena itu, dalam bermain anak-anak adakalanya mereka saling tindih.
Masa remaja, setelah tubuh siap bereproduksi, kebutuhan biologis ini semakin meluap-luap. Remaja mudah sekali jadi "hot" dan terangsang secara seksual. Masa inilah yang paling berbahaya. Beruntunglah "Gadis" cs yang sudah 24 tahun masih perawan. Ini berarti remnya cukup kuat.
Apakah masturbasi dapat mengurangi depresi? Dapat ya dan tidak. Ya, kalau tidak ada atau sedikit sekali rasa bersalah. Sebaliknya, dapat menjadi lebih depresi kalau masturbasi disertai rasa bersalah sangat besar.
Kapan libido perempuan menurun? Jika umurnya sudah lanjut dan haidnya berhenti. Kalau mau dinaikkan lagi dokter dapat memberikan HRT (hormon replacement therapy). Meski begitu, pada perempuan muda pun libidonya dapat menurun bila pasangannya egois, banyak mengecewakan batin, dan mengecewakan kebutuhan seksualnya. Atau kalau fisiknya sangat lelah dan sedang sakit.
Apa ciri-ciri perempuan yang terangsang (juga laki-laki)? Debaran jantung bertambah kuat, badan terasa hangat, organ reproduksinya lebih aktif, dan pikirannya sibuk dengan kenikmatan seksual.
Apakah orang yang menikah juga melakukan masturbasi? Ya, jika pasangannya memble dan lama absen. Menurut Dr Reuben, the golden age dari masturbasi adalah masa muda sebelum menikah dan masa tua. Saya tidak tahu apakah ini berlaku juga pada para manula Indonesia. Apakah Anda tertarik membuat skripsi tentang ini, Gadis?
(diadopsi dari harian kompas edisi Minggu, 18 November 2007)
Mengapa Si Gadis Ini Begitu?
“Gadis" di Jateng
Ibu Leila yang baik, saya (gadis, 24) mempunyai libido sangat kuat untuk memuaskan diri sendiri (masturbasi). Saya belum menikah dan tidak mempunyai kekasih. Selesai kuliah, saya lalu mengelola butik.
Sehari-hari saya sudah cukup sibuk, tetapi keinginan itu makin hebat. Malah saya sering berfantasi ada pria yang mencumbui saya, juga dalam mimpi. Bahkan, dalam mimpi saya dalam keadaan bugil, lalu dipergoki orang banyak yang tidak saya kenal, hingga saya orgasme. Saya kadang berpikir, apakah saya sudah menjadi gila.
Saya sering membayangkan bagaimana kalau saya tidak berpakaian (telanjang) selama di rumah, tetapi saya khawatir dilihat orang-orang. Saya adalah anak tunggal, tidak pernah melihat film porno. Saya hanya mendapat pengetahuan seks lewat majalah-majalah dan koran-koran. Masturbasi saya tidak ekstrem, tidak menggunakan alat apa pun, hanya sekadar fantasi saja, tanpa alat bantu.
Saya membaca penelitian di luar negeri yang mengatakan bahwa masturbasi bisa melenyapkan depresi, apakah benar? Saya sudah berusaha menyibukkan diri, tetapi selalu gagal, apakah saya sudah sakit jiwa? Bahayakah orang yang melakukan masturbasi? Keluarga saya baik-baik saja, hidup kami cukup layak. Apakah keinginan masturbasi adalah hal yang wajar bagi manusia? Apakah orang yang sudah menikah juga melakukan masturbasi?
Saya sering tidak mengenakan pakaian dalam ke butik dan rok minimalis. Saya justru makin terangsang kalau ada laki-laki atau perempuan yang melihat ke arah saya ketika tidak memakai celana dalam. Apakah saya sudah termasuk hiperseks? Tolong jelaskan kepada saya apa sebenarnya masturbasi, bagaimana cara mengatasinya, dan sampai umur berapa libido perempuan akan menurun? Sebenarnya apa ciri-ciri perempuan yang terangsang? Tolong rahasiakan nama dan tempat saya tinggal ya, Bu.
Jeng Gadis di Jateng
Wah banyak betul pertanyaannya! Seram juga ya kalau Anda lagi berbugil ria di rumah tiba-tiba ada kepala nongol di jendela, bisa-bisa dia pikir, "Amit-amit ada orgil (orang gila) di dalam!!" Atau kalau malam hari Anda mondar-mandir tanpa busana, bisa disangka kolong-wewe. Jadi Dis, tolong jangan sembarangan telanjang, meskipun di rumah sendiri.
Sebenarnya daya tarik seksual dan kegiatan seksual ada pada setiap makhluk hidup, ini berguna sekali untuk meneruskan jenisnya. Jadi, ketertarikan dan kebutuhan seksual adalah sangat wajar, sewajar kebutuhan makan dan minum. Namun, kita bukanlah kucing dan bukan pula lalat, jadi aneka kegiatan seputar seks ini dibatasi norma sosial. Tidak elok pakai busana serba minim—tanpa celana dalam—sebab mudah dibaca sebagai, "Please, seduce me."
Menurut Deborah Blum dalam bukunya Sex on the Brain (1997), dorongan seksual laki-laki empat kali lebih besar daripada perempuan. Misalnya, seorang perempuan yang bercakap soal biasa dengan tersenyum, mengira senyumnya itu akan mempermudah jalan pembicaraan. Padahal, laki-laki yang diajak omong itu mengartikannya sebagai undangan ke adegan ranjang! Apalagi kalau baju perempuan itu serba minim dan tanpa celana dalam, Waaaah...!!! Saya khawatir sikapmu akan mengumpulkan para "buaya", mata keranjang, dan om senang saja.
Masturbasi adalah pemuasan seks dengan tujuan orgasme, dalam bentuk apa pun, tanpa sanggama. Kata ini berasal dari bahasa Latin masturbare yang berarti membanjiri diri sendiri dengan sesuatu yang kurang baik (memolusi).
Kata lain adalah onani dan bahasa gaulnya adalah seks swalayan. Menurut pakar seks, Dr David Reuben, dalam buku yang sering dijadikan acuan seks, Everything You Always Wanted to Know About Sex, But Were Afraid to Ask, kegiatan "masturbasi" ini sudah ada sejak bayi berumur 6 bulan dan polanya mulai kelihatan, ketika anak balita berumur 2 atau 3 tahun.
Tentu saja awal kegiatan itu terjadi tanpa disengaja. Ketika ibunya membersihkan sang bayi di daerah kemaluannya, ia merasakan senang. Lama-kelamaan terjadilah asosiasi antara seks itu dan rasa yang menyenangkan sehingga ia cenderung mengulang dengan memegang organ seksnya, mengelus-elus, atau menggosoknya. Pada anak balita dan anak-anak kecil dilakukan sambil memeluk boneka, atau guling, atau ketika main dengan kuda ayunannya.
Tambah lama gerakan ini semakin nyata, yang tentu saja sangat ditentang orangtua dan orang dewasa lainnya. Pelarangan ini juga membuat asosiasi bahwa memegang "anu"-nya tidak boleh, atau tidak boleh diketahui orangtua, sebab dengan teman sebayanya aman saja. Karena itu, dalam bermain anak-anak adakalanya mereka saling tindih.
Masa remaja, setelah tubuh siap bereproduksi, kebutuhan biologis ini semakin meluap-luap. Remaja mudah sekali jadi "hot" dan terangsang secara seksual. Masa inilah yang paling berbahaya. Beruntunglah "Gadis" cs yang sudah 24 tahun masih perawan. Ini berarti remnya cukup kuat.
Apakah masturbasi dapat mengurangi depresi? Dapat ya dan tidak. Ya, kalau tidak ada atau sedikit sekali rasa bersalah. Sebaliknya, dapat menjadi lebih depresi kalau masturbasi disertai rasa bersalah sangat besar.
Kapan libido perempuan menurun? Jika umurnya sudah lanjut dan haidnya berhenti. Kalau mau dinaikkan lagi dokter dapat memberikan HRT (hormon replacement therapy). Meski begitu, pada perempuan muda pun libidonya dapat menurun bila pasangannya egois, banyak mengecewakan batin, dan mengecewakan kebutuhan seksualnya. Atau kalau fisiknya sangat lelah dan sedang sakit.
Apa ciri-ciri perempuan yang terangsang (juga laki-laki)? Debaran jantung bertambah kuat, badan terasa hangat, organ reproduksinya lebih aktif, dan pikirannya sibuk dengan kenikmatan seksual.
Apakah orang yang menikah juga melakukan masturbasi? Ya, jika pasangannya memble dan lama absen. Menurut Dr Reuben, the golden age dari masturbasi adalah masa muda sebelum menikah dan masa tua. Saya tidak tahu apakah ini berlaku juga pada para manula Indonesia. Apakah Anda tertarik membuat skripsi tentang ini, Gadis?
(diadopsi dari harian kompas edisi Minggu, 18 November 2007)
Sumber Syahwat Itu Bernama: Perempuan!
by Marhen Harjono, AMd.
Dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat 14 dikatakan syahwat manusia kecenderungan pertama berasal dari perempuan. "Dihiasi manusia dengan syahwat yang muncul dari perempuan dan anak-anak....."
Dalam surat ini dikatakan "manusia", bukan saja laki-laki. Artinya seluruh manusia memiliki syahwat kepada perempuan. Kalau dikatakan "manusia" artinya mencakup laki-laki dan perempuan juga. Kalau laki-laki memiliki syahwat kepada perempuan itu sudah normal, tapi bagaimana dengan perempuan terhadap perempuan?
Dalam kajian tafsir di Maqdis Bandung, ustadz Saiful Islam Lc menjelaskan maksud ayat ini kurang lebih sebagai berikut:
Seorang perempuan bila melihat perempuan lain lebih cantik dari padanya, lebih baik dari dirinya, apakah itu pakaiannya, tas, sepatu, rumah, jilbab, perabotan dan lain-lain, biasanya langsung timbul keinginan dalam hatinya untuk bisa juga seperti orang yang dilihatnya itu atau memiliki keinginan untuk memiliki juga benda yang ada pada perempuan yang dilihatnya. Beda dengan laki-laki, laki-laki biasanya tidak timbul syahwatnya melihat sesamanya mengenakan pakaian bagus, lebih tampan, ujar Ustadz Saiful melanjutkan.
Biasanya dialog yang terjadi jika perempuan bertemu dengan perempaun lain antara lain, "Jilbabnya bagus, beli dimana? saya jadi ingin beli juga euyh" atau "model baru ya, bagus sekali, antarkan saya dong, saya mau beli juga"!!
Suatu hari sayapun pernah menjadi "korban", waktu itu saya melihat teman memakai baju baru dan menurut saya bagus. Saya membayangkan, sayapun akan lebih tampak cantik jika memakai baju itu.
Tiba-tiba saja secara spontan saya katakan "Mbak bajunya bagus, beli dimana, berapa semeter, ongkos jahitnya berapa", buntut-buntutnya saya minta diantarkan ke toko tempat ia membeli kain.
Selang berapa detik saya ingat surat Ali Imran ayat 14 beserta taushiah ustadz agar menghindari bahaya syahwat yang muncul dari perempuan. Akhirnya saya katakan, "nggak jadi deh mbak, lain kali saja".
Pantas saja sebelum meninggal, Rasul berpesan agar benar-benar melindungi perempuan, tidak saja banyak fitnah yang ditimbulkan oleh perempuan, tapi juga syahwat (keinginan) yang dapat menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan.
Laki-laki bergairah mencari nafkah bisa disebabkan karena perempuan. Laki-laki melakukan KKN, pekerjaan tercela dan perilaku binatang bisa juga disebabkan karena perempuan. Perempuan, adalah makluk yang luar biasa, dari rahimnya lahir manusia setingkat Rasulullah dan sehina Fir'aun.
Pesan Rasulullah kepada perempuan, hati-hatilah dalam kehidupan dunia, jangan jadi penggoda, sebagaimana perempuan juga suka digoda.
Dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat 14 dikatakan syahwat manusia kecenderungan pertama berasal dari perempuan. "Dihiasi manusia dengan syahwat yang muncul dari perempuan dan anak-anak....."
Dalam surat ini dikatakan "manusia", bukan saja laki-laki. Artinya seluruh manusia memiliki syahwat kepada perempuan. Kalau dikatakan "manusia" artinya mencakup laki-laki dan perempuan juga. Kalau laki-laki memiliki syahwat kepada perempuan itu sudah normal, tapi bagaimana dengan perempuan terhadap perempuan?
Dalam kajian tafsir di Maqdis Bandung, ustadz Saiful Islam Lc menjelaskan maksud ayat ini kurang lebih sebagai berikut:
Seorang perempuan bila melihat perempuan lain lebih cantik dari padanya, lebih baik dari dirinya, apakah itu pakaiannya, tas, sepatu, rumah, jilbab, perabotan dan lain-lain, biasanya langsung timbul keinginan dalam hatinya untuk bisa juga seperti orang yang dilihatnya itu atau memiliki keinginan untuk memiliki juga benda yang ada pada perempuan yang dilihatnya. Beda dengan laki-laki, laki-laki biasanya tidak timbul syahwatnya melihat sesamanya mengenakan pakaian bagus, lebih tampan, ujar Ustadz Saiful melanjutkan.
Biasanya dialog yang terjadi jika perempuan bertemu dengan perempaun lain antara lain, "Jilbabnya bagus, beli dimana? saya jadi ingin beli juga euyh" atau "model baru ya, bagus sekali, antarkan saya dong, saya mau beli juga"!!
Suatu hari sayapun pernah menjadi "korban", waktu itu saya melihat teman memakai baju baru dan menurut saya bagus. Saya membayangkan, sayapun akan lebih tampak cantik jika memakai baju itu.
Tiba-tiba saja secara spontan saya katakan "Mbak bajunya bagus, beli dimana, berapa semeter, ongkos jahitnya berapa", buntut-buntutnya saya minta diantarkan ke toko tempat ia membeli kain.
Selang berapa detik saya ingat surat Ali Imran ayat 14 beserta taushiah ustadz agar menghindari bahaya syahwat yang muncul dari perempuan. Akhirnya saya katakan, "nggak jadi deh mbak, lain kali saja".
Pantas saja sebelum meninggal, Rasul berpesan agar benar-benar melindungi perempuan, tidak saja banyak fitnah yang ditimbulkan oleh perempuan, tapi juga syahwat (keinginan) yang dapat menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan.
Laki-laki bergairah mencari nafkah bisa disebabkan karena perempuan. Laki-laki melakukan KKN, pekerjaan tercela dan perilaku binatang bisa juga disebabkan karena perempuan. Perempuan, adalah makluk yang luar biasa, dari rahimnya lahir manusia setingkat Rasulullah dan sehina Fir'aun.
Pesan Rasulullah kepada perempuan, hati-hatilah dalam kehidupan dunia, jangan jadi penggoda, sebagaimana perempuan juga suka digoda.
Sabtu, 27 Juni 2009
Management syahwat
Artiket ini mungkin akan mengusik ketenangan “pemahaman” anda selama ini tentang hidup dan kehidupan, barangkali. Boleh jadi gelombang radiasi dari obyek bacaan yang sedang anda hadapi ini akan mengejutkan anda, lalu mengrenyitkan kening. Bahkan sengatan elektro maknetik radiasi dari obyek asing bagi anda ini akan membuat anda kaget dan sedikit tersadar. Setelah itu, harapan saya, anda tetap terjaga dalam intensitas pemikiran di sela-sela kesibukan. Bukan kembali lagi dengan bunga-bunga mimpi tidur. Semoga.
Setiap individu, tidak perduli apakah itu gugusan bintang-bintang yang tersebar dalam hamparan luas di cakrawala yang disebut great wall (tembok raksasa) dengan perkiraan luas mencapai 500 juta tahun cahaya, atau se-zaroh partikel etementer cahaya (foton) yang keberadaannya tidak dibisa diidentifikasi dalam satu waktu dengan berbagai mekanika fisika yang ada, yang memenuhi sistem hampa udara, ditakdirkan oleh Tuhan untuk dapat menjadi diri sendiri dan memperkaya kandungan jati dirinya yang tersimpan (innersial).Ini bukan sesuatu yang diasumsikan dan tidak pula hasil deduksi dari jenis manusia. Tetapi suatu kemutlakan titah Tuhan; menurut asumsi absolut Tuhan sendiri (peringatan! Kalau anda tidak faham, anggap saja kita sama-sama baru memahami), manusia atau individu di jagad raya tidak punya pilihan, walau dimungkinkan fenomena protes dan pembangkangan. Lucunya, arena dan wacana pembangkangan itu tidak bisa keluar dari dimensi “ruang-waktu”. Pembangkangan dalam lingkup ruang terkait dengan garis bujur, terpola di dalam medan tempat, dan arena yang tetap terkena hukum gravitasi. Pasti. Inilah pembangkangan horizontal secara spesifik terkait dengan maalim-maalim (identitas) syariat; ngutil, nyopet, maling. merampok, garong, sogok dan nyogok, madat, madon dan lain-lain yang mencerminkan kerendahan naluri hewaniah dan nabati.
Sedang pembangkangan dalam sekup waktu terseret oleh garis lintang. Naik bersinergi dengan kecepatan cahaya, berpetualang pada ruas jagad yang -katanya- menjebol hegemoni daya tarik bumi. Inilah pembangkangan vertikal terkait dengan struktur otak dan pengembaraan spiritual; komunisme, kapitalisme, sosialisme, dan seambrek gerakan spiritual yang terobsesi oleh penyegaran dimensi ruh.
Kalau hanya sampai disitu maksimalitas individu dalam mengadakan pembangkangan, maka menurut asumsi mutlak Tuhan pembangkangan ini masih terjadi dalam wilayah kerajaan-Nya yang otomatis atas sepengetahuan dan izin Tuhan walau tidak diridoi. Bisa jadi pemberontakan itu melepaskan diri dari hukum Tuhan, kekuasaannya?
Manusia sedang dan untuk berikutnya senantiasa mencari diri mereka sendiri. Spektrum pencarian terasa menyebar (istilah kita manusia banyak keinginannya). Tuhan memperingatkan dan peringatan ini adalah haq dari titah Baginda Rosulullah SAW. bahwa segala intentitas selain Allah ta’ala adalah kosong (batil), segala gerak dan aktifitas yang melenceng dari orientasi yang ditetapkan-Nya akan mengembara dan tersesat serta tidak akan kembali (artinya segala upaya dan usaha muspro ora keno ditilik no akherate). kasihan pencarian hanya berakhir sebagai bentuk bunuh diri terselubung.
Dunia dan seisinya, termasuk kita sebagai individu diciptakan dalam kuantitas dan kualitas haq, tidak untuk permainan dan gendoyaan. Itu asumsi titah Tuhan yang ditujukan khusus makluk-maklukffya agar terserap dalam keyakinan mereka dan termanifestasikan pada keseriusan mengembang amanat dan tugas. Jadi hak untuk dunia dan seisinya. Tetapi bagi sifat-sifat wahdaniyat dan mukholafatullil khawadist-Nya, dunia dan seisinya adalah banyolan atau permainan belaka, yang bermain dan bergerak adalah Dia, Sang maha raja seru sekalian alam.
Membaca kalimat terakhir ini mungkin anda memotong, “….. Jangan memasang persepsi pada Tuhan yang konyol seperti itu, masak Tuhan bermain dan mempermainkan hidup serta kehidupan makhtuk,” tukas anda. Kalau anda memotong kalimat semacam itu saya juga menjawab, “Memangnya Tuhan itu mendapat tugas dari siapa sehingga mengharuskan Dia harus bersusah payah untuk serius dan bersungguh-sungguh segala. Bukankah mendapatkan sehelai sayap nyamuk itu sama mudahnya bagi Tuhan dengan mendapatkan jagad raya dan seisinya.”
Bukti nyata lagi untuk mendukung sementara pilihan saya bahwa dunia ini serba permainan adalah kita sering kecele dengan apa yang kita anggap tepat, benar, logis, dan pasti yaitu maraknya universitas dan perguruan tinggi, ramainya permodalan dan investasi, hiruk pikuknya promosi dan ikian, jubel dan sesaknya jalan trotoar oleh gambar dan reklame. Belum lagi aneka ragam dan bentuk kursus dan pelatihan. Dari mana dan apa motivasinya tidak jarang out put yang dirasakan (bahkan oleh pelaku sendiri) adalah nol sekian persen, kalau tidak disebut nol besar.
Energi tidak bisa Dimusnahkan
Sebagian teman mungkin akan dapat menebak ke arah mana artikel ini diharapkan. Tetapi saya tidak yakin, walaupun arah cahaya dapat dibelokkan sebagaimana disaksikan oleh para ahli fisika pada tahun 1919 saat terjadi gerhana matahari di daerah bagian Amerika Serikat, tetapi radiasi yang muncul dari manusia adalah misterius. Sulit ditebak dan lebih tergantung pada kepentingan tertentu. Makanya manusia dapat dikategorikan zone politicon (binatang cerdik); lebih dari sekedar kancil dalam dongeng masa kecil kita yang kecerdikannya terbatas pada areal sawah yang berisi buah mentimun. Sedangkan kejelekan manusia? Mohon jawab sendiri. Itulah fisika diambil dari physic, yang artinya watak (tabiat). Sepanjang manusia senantiasa mengikuti alur dan ritme dorongan nafsunya, tekanan tabiat dasarnya, maka manusia didominasi oleh karakter incertainly (tiada kepastian) tergantung ruang dan medan yang dikenai.
Itulah salah satu “kandungan” di antara kandungan-kandungan yang terselip pada tumpukan jerami materi tubuhnya. Saya menyebut energi. Anda bisa menyebut daya sebagian lagi mengatakan gaya. Dan dalam kultur kitab kuning sering menyebut hillah (rekodoyo). Tetapi diantara yang paling pas dengan onggokan tubuh wadak, struktur materi yang terjaring dalam sistem anatomi makhluk mulia ini adalah istilah syahwat. Salah seorang karib sekaligus kerabat saya, salah seorang insinyur pertanian dari sebuah Universitas yang dikelola oleh para mantan perwira Angkatan Darat, yang daripadanya saya belajar tentang wacana intercainly manusia: wong insinyur pertanian ternyata yang ditangani, dikelola, dan dari situ potensi bawaanya membawa hasil untuk pencaharian keluarga adalah hal-hal yang berbau kertas dan lem serta dunia industri kecil yang menghasilkan produk dan bergerak pada ruang kelas dan kantor. la kaget tentang pengertian syahwat yang saya sodorkan. Dalam pemahaman konvensional selama ini dan -katanya meyakinkan- semua orang juga mengatakan begitu bahwa syahwat itu spesifik untuk dorongan nafsu yang terfokus pada energi kelamin. Maka tidak salah bila timbul istilah-istilah nafsu syahwat, lemah syahwat, syahwat kecil atau syahwat luar biasa. Benar-benar jantan dan perkasa, bahkan sebagian produksi jamu melahirkan promosinya “dan bikin kuat seperti Kuku Bima,” dan yang terakhir kita masih ingat sebuah iklan di televisi yang dimainkan oleh seniwati Diah Pitaloka dengan atraksi suaranya yang “meooooong.” Coba bayangkan, dunia telah mendistorsi sebuah makna yang luas menjadi sempit. Sebuah makna yang hampir bisa dikenakan untuk kehendak naluri lantas hanya dijadikan sebuah bungkus, seperangkat lebel yang semuanya menjurus pada kebutuhan biologis pada level top screet (aurot), yaitu kebutuhan kelamin. Saya yakin sebagimana juga anda menyadari, tidak ada sesuatu yang tiba-tiba membuat seorang begitu hidup dan bersemangat dibanding dengan urusan ini. Itu bukan urusan asumsi tapi kesimpulan, bahkan firman mutlak Tuhan. Soal perempuan, di dalam Al-Quran, menempati rengking pertama dari keunggulan dan keperkasaan gravitasi yang ditimbulkannya. Setelah itu secara urut anak-anak, mas, perak, kendaraan, dan tanah pertanian.
Tetapi syahwat dalam esensi proporsional adalah keseluruhan dari kandungan dalam diri manusia. Dari situ ia dihidupkan dan dengan itu pula manusia menjalin kehidupan. Tetapi bukan satu-satunya dalam ekspresi dan manifestasinya. Sebab syahwat, energi bawaan, kandungan asal, kalau boleh -semoga tidak dimarahi oleh penemu bom atom nuklir, pencetus teori relativitas mbah albert Einsten- disebut masa (innersial). Asal peletakan makna syahwat adalah menjadi perhiasan dunia. Namun ia bisa baik sepanjang tertata, ia potensial untuk menjadikan dan mengembangkan kepribadian manusia dalam bentuk kemanusiaannya, kalau dikendalikan.
Syahwat duniawiyah adalah syahwat yang menyebar, melorot turun disebabkan oleh masa yang berada pada pengaruh medan gravitasi yang kita lihat. Saat anda melihat wanita tidak jarang konsentrasi kita menyebar. Melihat anak, rasa kasih kita pun segara turun. Melihat harta benda dan keberhasilan semanaat kita juga turun.
Anda Perlu Bukti?
Sampai di sini barangkali anda kaget ke mana arah tulisan ini, saya jawab ke arah suatu tujuan yang menjebol diterminisme otak; pengotak-kotakan otak yang sempit baik kiri atau kanan menuju pada aktualitas kejiwaan yang penuh vitalitas energik dan berorientasi pada keluruhan dan kemuliaan hidup. Yang ini berarti kita bermain dengan kecepatan cahaya (Nur Ilahiyah). Dimanakah dan bagaimanakah cahaya itu dapat kita dapatkan ? Gampang saja.
Pertama: atur pernapasan sesering mungkin. Sadari keberadaan signifikansinya pada tubuh dan proses berpikir anda. Perlu anda ingat dalam kamus tulisan ini kesadaran yang sejati adalah kesadaran yang meningkat, Dan itu tidak bisa terjadi kecuali nur ilahiyah menyertainya. Itulah kesadaran untuk bersyukur. Bersyukur bahwa nafas (ruh ) itu anugrah Tuhan yang nilai jualnya tidak bisa ditaksir dengan materi. Hanya orang-orang yang gila secara medis sajalah yang mau dicekik supaya tidak bernafas. Melatih pernafasan, kalau hanya dibatasi demi kesehatan itu kembalinya pada nilai syahwat tingkat rendah pula. Tidak! kurang professional dari sudut kualitas kemukminan anda. Bukan berarti tidak baik, siapa bilang? Tanpa latihan yoga, meditasi, senam pernafasan dan lain-lain nama yang menjamur dewasa ini toh anda tetap sehat, fit, berenergi dan aktif sepanjang hari. Bagamana yang professional itu? Yang professional adalah bemafas dengan berzikir.
Bernafas dengan berzikir dalam teknik adalah bukan bernafas saat berdzikir. Semua orang mukmin bisa saja setiap waktu memasukkan dzikir dalam nafasnya. Tetapi teknik berzikir yang mampu mengeksploitasi nafas itu baru namanya melatih pemafasan dengan kesadaran, yang diharapkan darinya adanya kekuatan faidh (radiasi) nur ilahiah dari lafadz yang digunakan berzikir tersebut ke dalam sel-sel otak dan ke dalam struktur qalbu.
Berbicara qalbu saya teringat akan istilah Managemen Qolbu dari Bandung. sebuah nama Yayasan barangkali yang dikomandani oleh dai kondang yang dibesarkan oleh media elektronik, KH. Abdullah Gymnastiar (AA Gym). Saya usulkan agar istitah management qalbu diganti dengan management syahwat saja. Ini usul Iho. Kok dari prespektif tasawuf murni lebih pas dan mengena. Sebab struktur kolbu itu kalau diperas tenaga intinya dan dikemas dalam bingkai-bingkai retorika pidato dan ceramah akan kehilangan sifat lembabnya. la menjadi kering, sebab setiap kalimat apapun itu, sepanjang tidak lafald dzikir akan membawa serapan nur ilahiah yang ada dalam hati. Semakin banyak kalam, banyak bicara semakin terkuras isi hatinya. Untuk mengisinya tidaklah semudah kita mengisi air ke sebuah tong. Kalau hati sudah tidak berisi nur ilahiah, maka yang menguasai adalah gambar-gambar, grafik-grafik hasil proyeksi syahwat, maka yang tepat adalah management syahwat.
Alasan saya ini benar-benar mengadopsi dari fatwa raksasa sufi intelektuil, seorang rektor Al-Azhar Mesir pada abad 10 H. yaitu Syeh Abu Mawahib As-Sya’roni yang menyarikan dan merekomendasikan fatwa tersebut dari perintis-perintis tasawuf sebelum beliau. Pengalaman pribadi temyata bekerja dengan sistem qolbu. Masya Allah beratnya; peka dan sangat sensitif dengan segala gelombang-gelombang radiasi yang dipancarkan oleh medan-medan gravitasi. Ingat medan-medan gravitasi itu adalah perempuan, anak-anak, harta benda, kendaraan, hewan atau mekanis, pertanian dan perkebunan. Saya berani bertaruh dengan saya sendiri di hadapan anda bahwa saya bisa dalam beberapa menit saja mampu mengelurkan air mata anda dengan cara bermain teater dan peran melalui sentuhan doa-doa yang dikemas dalam suasana sedih dan melankolis. Itu kan permainan saja. Lihat saja sinetron.
Bekerja dengan Cahaya
Bernafas dengan berdzikir dalam teknik berarti: A. Mempersatukan segenap karsa dan rasa dalam satu nuktoh (focus) “ALLAH”, membayangkan lafalz Allah masuk dalam hati dan mensirkulasikan kesadaran di level otak atau pikiran dengan spektrum tunggal “Ketenangan dan keheningan” seraya menolak segala bentuk impus dan elektromaknetik radiasi materi dunia, apapun itu. mutlak. Sekali anda membiarkan getaran radiasi “hitam” ini menjalar dalam pikiran, maka konsekwensi logis yang anda rasakan adalah pembiasan konsentrasi dan melorot ke medan gravitasi materi tersebut sehingga mencapai kawasan melar atau menyebar, dan itu berarti rona-rona gambar duniawiyah akan mendepak lafaldz Allah yang baru saja anda tanam di jantung kolbu anda.
B. Kekuatan tanpa I’dath (pertolongan) dari aspirasi Allah SWT. Adalah kekuatan terasing, tersendiri, tanpa bantuan dan mudah patah diterjang oleh berbagai intervensi impus syahwat nafsu yang datang secara bergelombang dengan kecepatn cahaya ssttt…. .sssttttt……….ssssttttttt…….hatipun bubrah dan konsentrasi pun buyar. Karenanya para raksasa intelekktual sufi merekomendasikan bagi para pemula (murid toriqoh atau salik) untuk membayangkan saksiyah sang guru dan menyerap aspirasinya (himmahnya) persis di antara titik kelenjar pituari yaitu daerah pertengahan ujung kedua mata saat sang pemula itu mulai berzikir. Sebab sang Guru sejati itulah yang menjadi medium dari aspirasi Allah SWT. Teknik ini sekaligus memiliki tujuan praktis untuk menandingi munculnya bayangan-bayangan materi non ilahiah. Baru setelah frekuensi meningkat, radiasi dari kalimat dzikir telah menguasai medan jiwa dan merasuki segenap sel pori-pori dan keratan karsanya maka secara dloruri bayangan saksiyah guru tersebut sudah tidak diperlukan. Hal itu dikarenakan kontak langsung dengan aspirasi Allah SWT melalui kalimat dzikir telah bisa diatasi dan sangat menyenangkan (dhoup).
C. Namun agen-agen subversif iblis guna mensabotase jalannya dzikir sang hamba tersebar di setiap tarikan nafas. Hati-hati. dzikir yang cepat, mantap dan penuh energik adalah teknik lain yang direkomendasikan untuk melawan tembakan isu-isu murahan dari makluk pendengki ini. Itu semacam pemetaan pertahanan luar. Sedang yang ke dalam, suara yang keras secara hukum fisika akan memberi daya tekan serta penegangan pada suatu laju kecepatan. Itu berarti frekuensi dzikir semakin meningkat dan gelombang radiasinya akan memanjang yang pada berikutnya akan melingkari dan melilit matra kolbu.
D. Berhenti sesaat, guna menambah volume oksigen dalam kantong paru-paru melalui system pemafasan harus dimaknai sebagai menghirup ulang partikel-partikel cahaya dzikir yang tersebar dan berenang di sekitar ruang tempat dzikir. Dan secara bersamaan menyebarkan efek radiasi dzikir yang ditimbulkan di dalam tubuh ke segenap rasa dan karsa.
E. Bertahan berberapa saat atau berdiam diri dalam penikmatan syahwat llahiah, yang digambarkan bagai seekor kucing yang hendak menangkap buruannya, adalah lah satu rekomendasi hujjatui Islam Imam AI-Ghozali. Itulah makna pemampatan dan kerapatan unsur-unsur radiasi ketuhanan di dalam tubuh dan yang mengelilingi setiap utas urat saraf otak.
Kedengarannya sederhana. Memang. Tetapi sulit untuk memulainya. Disitulah persolaannya. Hanya sebuah tekad yang tinggi, kuat dan membaja sajalah yang dapat mengatasi garis start dan akhirnya mampu menjadi dan memperkaya diri dengan sumber asal kejadiannya, yakni Allah SWT. Ini soal pengincip atau rasa moralitas kerohanian. Bagaimana kualitas pencapaiannya itu sangat tergantung pada “setoran waktu” dzikir yang dipersembahkan; semakin lama, intensif dan konsisten semakin melimpah ruah cahaya yang didapati.
Setiap individu, tidak perduli apakah itu gugusan bintang-bintang yang tersebar dalam hamparan luas di cakrawala yang disebut great wall (tembok raksasa) dengan perkiraan luas mencapai 500 juta tahun cahaya, atau se-zaroh partikel etementer cahaya (foton) yang keberadaannya tidak dibisa diidentifikasi dalam satu waktu dengan berbagai mekanika fisika yang ada, yang memenuhi sistem hampa udara, ditakdirkan oleh Tuhan untuk dapat menjadi diri sendiri dan memperkaya kandungan jati dirinya yang tersimpan (innersial).Ini bukan sesuatu yang diasumsikan dan tidak pula hasil deduksi dari jenis manusia. Tetapi suatu kemutlakan titah Tuhan; menurut asumsi absolut Tuhan sendiri (peringatan! Kalau anda tidak faham, anggap saja kita sama-sama baru memahami), manusia atau individu di jagad raya tidak punya pilihan, walau dimungkinkan fenomena protes dan pembangkangan. Lucunya, arena dan wacana pembangkangan itu tidak bisa keluar dari dimensi “ruang-waktu”. Pembangkangan dalam lingkup ruang terkait dengan garis bujur, terpola di dalam medan tempat, dan arena yang tetap terkena hukum gravitasi. Pasti. Inilah pembangkangan horizontal secara spesifik terkait dengan maalim-maalim (identitas) syariat; ngutil, nyopet, maling. merampok, garong, sogok dan nyogok, madat, madon dan lain-lain yang mencerminkan kerendahan naluri hewaniah dan nabati.
Sedang pembangkangan dalam sekup waktu terseret oleh garis lintang. Naik bersinergi dengan kecepatan cahaya, berpetualang pada ruas jagad yang -katanya- menjebol hegemoni daya tarik bumi. Inilah pembangkangan vertikal terkait dengan struktur otak dan pengembaraan spiritual; komunisme, kapitalisme, sosialisme, dan seambrek gerakan spiritual yang terobsesi oleh penyegaran dimensi ruh.
Kalau hanya sampai disitu maksimalitas individu dalam mengadakan pembangkangan, maka menurut asumsi mutlak Tuhan pembangkangan ini masih terjadi dalam wilayah kerajaan-Nya yang otomatis atas sepengetahuan dan izin Tuhan walau tidak diridoi. Bisa jadi pemberontakan itu melepaskan diri dari hukum Tuhan, kekuasaannya?
Manusia sedang dan untuk berikutnya senantiasa mencari diri mereka sendiri. Spektrum pencarian terasa menyebar (istilah kita manusia banyak keinginannya). Tuhan memperingatkan dan peringatan ini adalah haq dari titah Baginda Rosulullah SAW. bahwa segala intentitas selain Allah ta’ala adalah kosong (batil), segala gerak dan aktifitas yang melenceng dari orientasi yang ditetapkan-Nya akan mengembara dan tersesat serta tidak akan kembali (artinya segala upaya dan usaha muspro ora keno ditilik no akherate). kasihan pencarian hanya berakhir sebagai bentuk bunuh diri terselubung.
Dunia dan seisinya, termasuk kita sebagai individu diciptakan dalam kuantitas dan kualitas haq, tidak untuk permainan dan gendoyaan. Itu asumsi titah Tuhan yang ditujukan khusus makluk-maklukffya agar terserap dalam keyakinan mereka dan termanifestasikan pada keseriusan mengembang amanat dan tugas. Jadi hak untuk dunia dan seisinya. Tetapi bagi sifat-sifat wahdaniyat dan mukholafatullil khawadist-Nya, dunia dan seisinya adalah banyolan atau permainan belaka, yang bermain dan bergerak adalah Dia, Sang maha raja seru sekalian alam.
Membaca kalimat terakhir ini mungkin anda memotong, “….. Jangan memasang persepsi pada Tuhan yang konyol seperti itu, masak Tuhan bermain dan mempermainkan hidup serta kehidupan makhtuk,” tukas anda. Kalau anda memotong kalimat semacam itu saya juga menjawab, “Memangnya Tuhan itu mendapat tugas dari siapa sehingga mengharuskan Dia harus bersusah payah untuk serius dan bersungguh-sungguh segala. Bukankah mendapatkan sehelai sayap nyamuk itu sama mudahnya bagi Tuhan dengan mendapatkan jagad raya dan seisinya.”
Bukti nyata lagi untuk mendukung sementara pilihan saya bahwa dunia ini serba permainan adalah kita sering kecele dengan apa yang kita anggap tepat, benar, logis, dan pasti yaitu maraknya universitas dan perguruan tinggi, ramainya permodalan dan investasi, hiruk pikuknya promosi dan ikian, jubel dan sesaknya jalan trotoar oleh gambar dan reklame. Belum lagi aneka ragam dan bentuk kursus dan pelatihan. Dari mana dan apa motivasinya tidak jarang out put yang dirasakan (bahkan oleh pelaku sendiri) adalah nol sekian persen, kalau tidak disebut nol besar.
Energi tidak bisa Dimusnahkan
Sebagian teman mungkin akan dapat menebak ke arah mana artikel ini diharapkan. Tetapi saya tidak yakin, walaupun arah cahaya dapat dibelokkan sebagaimana disaksikan oleh para ahli fisika pada tahun 1919 saat terjadi gerhana matahari di daerah bagian Amerika Serikat, tetapi radiasi yang muncul dari manusia adalah misterius. Sulit ditebak dan lebih tergantung pada kepentingan tertentu. Makanya manusia dapat dikategorikan zone politicon (binatang cerdik); lebih dari sekedar kancil dalam dongeng masa kecil kita yang kecerdikannya terbatas pada areal sawah yang berisi buah mentimun. Sedangkan kejelekan manusia? Mohon jawab sendiri. Itulah fisika diambil dari physic, yang artinya watak (tabiat). Sepanjang manusia senantiasa mengikuti alur dan ritme dorongan nafsunya, tekanan tabiat dasarnya, maka manusia didominasi oleh karakter incertainly (tiada kepastian) tergantung ruang dan medan yang dikenai.
Itulah salah satu “kandungan” di antara kandungan-kandungan yang terselip pada tumpukan jerami materi tubuhnya. Saya menyebut energi. Anda bisa menyebut daya sebagian lagi mengatakan gaya. Dan dalam kultur kitab kuning sering menyebut hillah (rekodoyo). Tetapi diantara yang paling pas dengan onggokan tubuh wadak, struktur materi yang terjaring dalam sistem anatomi makhluk mulia ini adalah istilah syahwat. Salah seorang karib sekaligus kerabat saya, salah seorang insinyur pertanian dari sebuah Universitas yang dikelola oleh para mantan perwira Angkatan Darat, yang daripadanya saya belajar tentang wacana intercainly manusia: wong insinyur pertanian ternyata yang ditangani, dikelola, dan dari situ potensi bawaanya membawa hasil untuk pencaharian keluarga adalah hal-hal yang berbau kertas dan lem serta dunia industri kecil yang menghasilkan produk dan bergerak pada ruang kelas dan kantor. la kaget tentang pengertian syahwat yang saya sodorkan. Dalam pemahaman konvensional selama ini dan -katanya meyakinkan- semua orang juga mengatakan begitu bahwa syahwat itu spesifik untuk dorongan nafsu yang terfokus pada energi kelamin. Maka tidak salah bila timbul istilah-istilah nafsu syahwat, lemah syahwat, syahwat kecil atau syahwat luar biasa. Benar-benar jantan dan perkasa, bahkan sebagian produksi jamu melahirkan promosinya “dan bikin kuat seperti Kuku Bima,” dan yang terakhir kita masih ingat sebuah iklan di televisi yang dimainkan oleh seniwati Diah Pitaloka dengan atraksi suaranya yang “meooooong.” Coba bayangkan, dunia telah mendistorsi sebuah makna yang luas menjadi sempit. Sebuah makna yang hampir bisa dikenakan untuk kehendak naluri lantas hanya dijadikan sebuah bungkus, seperangkat lebel yang semuanya menjurus pada kebutuhan biologis pada level top screet (aurot), yaitu kebutuhan kelamin. Saya yakin sebagimana juga anda menyadari, tidak ada sesuatu yang tiba-tiba membuat seorang begitu hidup dan bersemangat dibanding dengan urusan ini. Itu bukan urusan asumsi tapi kesimpulan, bahkan firman mutlak Tuhan. Soal perempuan, di dalam Al-Quran, menempati rengking pertama dari keunggulan dan keperkasaan gravitasi yang ditimbulkannya. Setelah itu secara urut anak-anak, mas, perak, kendaraan, dan tanah pertanian.
Tetapi syahwat dalam esensi proporsional adalah keseluruhan dari kandungan dalam diri manusia. Dari situ ia dihidupkan dan dengan itu pula manusia menjalin kehidupan. Tetapi bukan satu-satunya dalam ekspresi dan manifestasinya. Sebab syahwat, energi bawaan, kandungan asal, kalau boleh -semoga tidak dimarahi oleh penemu bom atom nuklir, pencetus teori relativitas mbah albert Einsten- disebut masa (innersial). Asal peletakan makna syahwat adalah menjadi perhiasan dunia. Namun ia bisa baik sepanjang tertata, ia potensial untuk menjadikan dan mengembangkan kepribadian manusia dalam bentuk kemanusiaannya, kalau dikendalikan.
Syahwat duniawiyah adalah syahwat yang menyebar, melorot turun disebabkan oleh masa yang berada pada pengaruh medan gravitasi yang kita lihat. Saat anda melihat wanita tidak jarang konsentrasi kita menyebar. Melihat anak, rasa kasih kita pun segara turun. Melihat harta benda dan keberhasilan semanaat kita juga turun.
Anda Perlu Bukti?
Sampai di sini barangkali anda kaget ke mana arah tulisan ini, saya jawab ke arah suatu tujuan yang menjebol diterminisme otak; pengotak-kotakan otak yang sempit baik kiri atau kanan menuju pada aktualitas kejiwaan yang penuh vitalitas energik dan berorientasi pada keluruhan dan kemuliaan hidup. Yang ini berarti kita bermain dengan kecepatan cahaya (Nur Ilahiyah). Dimanakah dan bagaimanakah cahaya itu dapat kita dapatkan ? Gampang saja.
Pertama: atur pernapasan sesering mungkin. Sadari keberadaan signifikansinya pada tubuh dan proses berpikir anda. Perlu anda ingat dalam kamus tulisan ini kesadaran yang sejati adalah kesadaran yang meningkat, Dan itu tidak bisa terjadi kecuali nur ilahiyah menyertainya. Itulah kesadaran untuk bersyukur. Bersyukur bahwa nafas (ruh ) itu anugrah Tuhan yang nilai jualnya tidak bisa ditaksir dengan materi. Hanya orang-orang yang gila secara medis sajalah yang mau dicekik supaya tidak bernafas. Melatih pernafasan, kalau hanya dibatasi demi kesehatan itu kembalinya pada nilai syahwat tingkat rendah pula. Tidak! kurang professional dari sudut kualitas kemukminan anda. Bukan berarti tidak baik, siapa bilang? Tanpa latihan yoga, meditasi, senam pernafasan dan lain-lain nama yang menjamur dewasa ini toh anda tetap sehat, fit, berenergi dan aktif sepanjang hari. Bagamana yang professional itu? Yang professional adalah bemafas dengan berzikir.
Bernafas dengan berzikir dalam teknik adalah bukan bernafas saat berdzikir. Semua orang mukmin bisa saja setiap waktu memasukkan dzikir dalam nafasnya. Tetapi teknik berzikir yang mampu mengeksploitasi nafas itu baru namanya melatih pemafasan dengan kesadaran, yang diharapkan darinya adanya kekuatan faidh (radiasi) nur ilahiah dari lafadz yang digunakan berzikir tersebut ke dalam sel-sel otak dan ke dalam struktur qalbu.
Berbicara qalbu saya teringat akan istilah Managemen Qolbu dari Bandung. sebuah nama Yayasan barangkali yang dikomandani oleh dai kondang yang dibesarkan oleh media elektronik, KH. Abdullah Gymnastiar (AA Gym). Saya usulkan agar istitah management qalbu diganti dengan management syahwat saja. Ini usul Iho. Kok dari prespektif tasawuf murni lebih pas dan mengena. Sebab struktur kolbu itu kalau diperas tenaga intinya dan dikemas dalam bingkai-bingkai retorika pidato dan ceramah akan kehilangan sifat lembabnya. la menjadi kering, sebab setiap kalimat apapun itu, sepanjang tidak lafald dzikir akan membawa serapan nur ilahiah yang ada dalam hati. Semakin banyak kalam, banyak bicara semakin terkuras isi hatinya. Untuk mengisinya tidaklah semudah kita mengisi air ke sebuah tong. Kalau hati sudah tidak berisi nur ilahiah, maka yang menguasai adalah gambar-gambar, grafik-grafik hasil proyeksi syahwat, maka yang tepat adalah management syahwat.
Alasan saya ini benar-benar mengadopsi dari fatwa raksasa sufi intelektuil, seorang rektor Al-Azhar Mesir pada abad 10 H. yaitu Syeh Abu Mawahib As-Sya’roni yang menyarikan dan merekomendasikan fatwa tersebut dari perintis-perintis tasawuf sebelum beliau. Pengalaman pribadi temyata bekerja dengan sistem qolbu. Masya Allah beratnya; peka dan sangat sensitif dengan segala gelombang-gelombang radiasi yang dipancarkan oleh medan-medan gravitasi. Ingat medan-medan gravitasi itu adalah perempuan, anak-anak, harta benda, kendaraan, hewan atau mekanis, pertanian dan perkebunan. Saya berani bertaruh dengan saya sendiri di hadapan anda bahwa saya bisa dalam beberapa menit saja mampu mengelurkan air mata anda dengan cara bermain teater dan peran melalui sentuhan doa-doa yang dikemas dalam suasana sedih dan melankolis. Itu kan permainan saja. Lihat saja sinetron.
Bekerja dengan Cahaya
Bernafas dengan berdzikir dalam teknik berarti: A. Mempersatukan segenap karsa dan rasa dalam satu nuktoh (focus) “ALLAH”, membayangkan lafalz Allah masuk dalam hati dan mensirkulasikan kesadaran di level otak atau pikiran dengan spektrum tunggal “Ketenangan dan keheningan” seraya menolak segala bentuk impus dan elektromaknetik radiasi materi dunia, apapun itu. mutlak. Sekali anda membiarkan getaran radiasi “hitam” ini menjalar dalam pikiran, maka konsekwensi logis yang anda rasakan adalah pembiasan konsentrasi dan melorot ke medan gravitasi materi tersebut sehingga mencapai kawasan melar atau menyebar, dan itu berarti rona-rona gambar duniawiyah akan mendepak lafaldz Allah yang baru saja anda tanam di jantung kolbu anda.
B. Kekuatan tanpa I’dath (pertolongan) dari aspirasi Allah SWT. Adalah kekuatan terasing, tersendiri, tanpa bantuan dan mudah patah diterjang oleh berbagai intervensi impus syahwat nafsu yang datang secara bergelombang dengan kecepatn cahaya ssttt…. .sssttttt……….ssssttttttt…….hatipun bubrah dan konsentrasi pun buyar. Karenanya para raksasa intelekktual sufi merekomendasikan bagi para pemula (murid toriqoh atau salik) untuk membayangkan saksiyah sang guru dan menyerap aspirasinya (himmahnya) persis di antara titik kelenjar pituari yaitu daerah pertengahan ujung kedua mata saat sang pemula itu mulai berzikir. Sebab sang Guru sejati itulah yang menjadi medium dari aspirasi Allah SWT. Teknik ini sekaligus memiliki tujuan praktis untuk menandingi munculnya bayangan-bayangan materi non ilahiah. Baru setelah frekuensi meningkat, radiasi dari kalimat dzikir telah menguasai medan jiwa dan merasuki segenap sel pori-pori dan keratan karsanya maka secara dloruri bayangan saksiyah guru tersebut sudah tidak diperlukan. Hal itu dikarenakan kontak langsung dengan aspirasi Allah SWT melalui kalimat dzikir telah bisa diatasi dan sangat menyenangkan (dhoup).
C. Namun agen-agen subversif iblis guna mensabotase jalannya dzikir sang hamba tersebar di setiap tarikan nafas. Hati-hati. dzikir yang cepat, mantap dan penuh energik adalah teknik lain yang direkomendasikan untuk melawan tembakan isu-isu murahan dari makluk pendengki ini. Itu semacam pemetaan pertahanan luar. Sedang yang ke dalam, suara yang keras secara hukum fisika akan memberi daya tekan serta penegangan pada suatu laju kecepatan. Itu berarti frekuensi dzikir semakin meningkat dan gelombang radiasinya akan memanjang yang pada berikutnya akan melingkari dan melilit matra kolbu.
D. Berhenti sesaat, guna menambah volume oksigen dalam kantong paru-paru melalui system pemafasan harus dimaknai sebagai menghirup ulang partikel-partikel cahaya dzikir yang tersebar dan berenang di sekitar ruang tempat dzikir. Dan secara bersamaan menyebarkan efek radiasi dzikir yang ditimbulkan di dalam tubuh ke segenap rasa dan karsa.
E. Bertahan berberapa saat atau berdiam diri dalam penikmatan syahwat llahiah, yang digambarkan bagai seekor kucing yang hendak menangkap buruannya, adalah lah satu rekomendasi hujjatui Islam Imam AI-Ghozali. Itulah makna pemampatan dan kerapatan unsur-unsur radiasi ketuhanan di dalam tubuh dan yang mengelilingi setiap utas urat saraf otak.
Kedengarannya sederhana. Memang. Tetapi sulit untuk memulainya. Disitulah persolaannya. Hanya sebuah tekad yang tinggi, kuat dan membaja sajalah yang dapat mengatasi garis start dan akhirnya mampu menjadi dan memperkaya diri dengan sumber asal kejadiannya, yakni Allah SWT. Ini soal pengincip atau rasa moralitas kerohanian. Bagaimana kualitas pencapaiannya itu sangat tergantung pada “setoran waktu” dzikir yang dipersembahkan; semakin lama, intensif dan konsisten semakin melimpah ruah cahaya yang didapati.
Senin, 27 April 2009
Ladang Penyair
wajah dunia kita ini
diliputi dengan kenikmatan
banyak pilihan,
penuh rupa
banyak warna
semua berbaur
dalam kecemasan
dan getirnya hidup.
diliputi dengan kenikmatan
banyak pilihan,
penuh rupa
banyak warna
semua berbaur
dalam kecemasan
dan getirnya hidup.
Sabtu, 25 April 2009
Minggu Itu
poem by: Ferry Arbania
minggu itu,
seorang ibu menunggu kekasihnya diterminal malam
ia berdo'a dalam rangkaian cemas
lantaran pelukan sibuah hati merengek memanggil bapaknya
Minggu itu,
adalah pertemuan antara sore dan malam
burung merak meniup tabir senja
menemani bayangan sang ibu itu,
yang tengah mabuk dalam gigil rindu.
Minggu itu,
seketika berubah pucat
lantaran malam tak juga menjemput kekasih.
akhirnya ibu menangis dan berucap lirih
"mas, aku ingin tak kau lagi suamiku".
Surabaya,Mei 2009
minggu itu,
seorang ibu menunggu kekasihnya diterminal malam
ia berdo'a dalam rangkaian cemas
lantaran pelukan sibuah hati merengek memanggil bapaknya
Minggu itu,
adalah pertemuan antara sore dan malam
burung merak meniup tabir senja
menemani bayangan sang ibu itu,
yang tengah mabuk dalam gigil rindu.
Minggu itu,
seketika berubah pucat
lantaran malam tak juga menjemput kekasih.
akhirnya ibu menangis dan berucap lirih
"mas, aku ingin tak kau lagi suamiku".
Surabaya,Mei 2009
SYAHWAT BIKIN JALAN MACET
Urusan syahwat memang seringkali menimbulkan masalah. Bukan hanya bagi si pelaku namun juga bagi orang lain yang tidak tahu rimbanya. Gara-gara syahwat pula, jalanan bisa menjadi macet total. Sungguh fenomena yang patut disayangkan.
Ini bukan syahwat biasa, bukan syahwat yang identik dengan pengobatan tradisional semacam Mak Erot. Ini adalah syahwat politik. Syahwat politik jauh lebih berbahaya daripada syahwat biologis. Yah, era reformasi membawa perubahan pada fenomena syahwat politik di negeri ini. Sekarang orang tanpa sungkan dan malu melampiaskan syahwat politiknya dimuka umum.
Hari Sabtu lalu, perjalanan saya dari Tuban menuju Malang sempat terganggu gara-gara syahwat politik seorang politikus lokal. Tanpa segan-segan politikus tersebut melakukan masturbasi politiknya di tepi jalan utama yang menghubungkan Surabaya dan Malang. Kemacetan pun tak terelakkan lagi. Begitu antusiasnya massa untuk melihat dari dekat masturbasi politik yang dilakukan oleh calon pemimpi(n)nya. Acara masturbasi politik tersebut dihadiri oleh ribuan massa. Hujan badai tak menghalangi aksi pelampiasan syahwat politik tersebut. Entah berapa ratus juta rupiah biaya pementasan aksi masturbasi politik ini.
Semua penumpang tampak gelisah menghadapi kemacetan selama tiga jam ini. Berbagai dugaan penyebab kemacetan mereka pikirkan. Sebuah kecelakaan lalu lintas tragis ada di hampir semua benak penumpang. Namun begitu tahu bahwa penyebab kemacetan adalah aksi masturbasi politik sang politikus, do’a serta sumpah serapah pun bersahutan.
Benar! Do’a dan sumpah serapah! Penumpang yang “alim” mengeluarkan do’a ancamannya. Semoga calon pemimpi(n) yang melakukan masturbasi politik di pinggir jalan ini bakal kalah, begitu kurang lebih do’anya. Sedang bagi penumpang yang “kurang alim”, sumpah serapah pun meluncur dengan jelas. Berbagai kata umpatan khas jawa Timur pun bersahutan dan ditujukan dengan penuh rasa hormat kepada sang pelaku masturbasi politik ini.
Bukan hanya masturbasi politik, syahwat politik juga menghalalkan adanya pedofili politik. Ini saya ketahui keesokan harinya, ketika membaca sebuah koran. Salah seorang kandidat pemimpi(n) melakukan pelanggaran berat dengan melibatkan anak-anak sebagai juru kampanye pemuas. Gila! Anak perempuan usia SD pun diembat!
Yah, syahwat politik memang berbahaya! Ketika syahwat politik telah memuncak, semua pun bisa dihalalkan.
Ini bukan syahwat biasa, bukan syahwat yang identik dengan pengobatan tradisional semacam Mak Erot. Ini adalah syahwat politik. Syahwat politik jauh lebih berbahaya daripada syahwat biologis. Yah, era reformasi membawa perubahan pada fenomena syahwat politik di negeri ini. Sekarang orang tanpa sungkan dan malu melampiaskan syahwat politiknya dimuka umum.
Hari Sabtu lalu, perjalanan saya dari Tuban menuju Malang sempat terganggu gara-gara syahwat politik seorang politikus lokal. Tanpa segan-segan politikus tersebut melakukan masturbasi politiknya di tepi jalan utama yang menghubungkan Surabaya dan Malang. Kemacetan pun tak terelakkan lagi. Begitu antusiasnya massa untuk melihat dari dekat masturbasi politik yang dilakukan oleh calon pemimpi(n)nya. Acara masturbasi politik tersebut dihadiri oleh ribuan massa. Hujan badai tak menghalangi aksi pelampiasan syahwat politik tersebut. Entah berapa ratus juta rupiah biaya pementasan aksi masturbasi politik ini.
Semua penumpang tampak gelisah menghadapi kemacetan selama tiga jam ini. Berbagai dugaan penyebab kemacetan mereka pikirkan. Sebuah kecelakaan lalu lintas tragis ada di hampir semua benak penumpang. Namun begitu tahu bahwa penyebab kemacetan adalah aksi masturbasi politik sang politikus, do’a serta sumpah serapah pun bersahutan.
Benar! Do’a dan sumpah serapah! Penumpang yang “alim” mengeluarkan do’a ancamannya. Semoga calon pemimpi(n) yang melakukan masturbasi politik di pinggir jalan ini bakal kalah, begitu kurang lebih do’anya. Sedang bagi penumpang yang “kurang alim”, sumpah serapah pun meluncur dengan jelas. Berbagai kata umpatan khas jawa Timur pun bersahutan dan ditujukan dengan penuh rasa hormat kepada sang pelaku masturbasi politik ini.
Bukan hanya masturbasi politik, syahwat politik juga menghalalkan adanya pedofili politik. Ini saya ketahui keesokan harinya, ketika membaca sebuah koran. Salah seorang kandidat pemimpi(n) melakukan pelanggaran berat dengan melibatkan anak-anak sebagai juru kampanye pemuas. Gila! Anak perempuan usia SD pun diembat!
Yah, syahwat politik memang berbahaya! Ketika syahwat politik telah memuncak, semua pun bisa dihalalkan.
Langganan:
Postingan (Atom)
adalah ladang puisi sang penyair malam. Ladang Syahwat itu adalah sekujur tubuh yang menggigil

gelembung syahwat
Asal Mula Kemaksiatan dan Ketaatan
Friday, 11. January 2008, 07:16:36
Matnul Hikam
"ASAL SEMUA MAKSIAT. LUPA KEPADA ALLAH DAN SELA MENURUTI SYAHWAT YANG DATANG DARI HAWA NAFSU. DAN ASAL DARI SETIAP KETAATAN, KESADARAN DAN MENJAGA DIRI DARI SYAHWAT ITU TIDAK ADA KERELAAN DARIMU DALAM MENURUTI HAWA NAFSU".
Menurut para ulama', bahwasanya asal muka timbulnya kemaksiatan yang di lakukan seseorang itu adalah karena mereka itu berpaling dari Allah dan menurutkan kehendak hawa nafsu. Padahal sebenarnya kalau manusia itu mau berfikir dengan hati dan akal yang sehat, niscaya dia akan tahu kurang kehancuran, kebinasaan dan juga kehinaan.
Namun demikian, tidaklah bijak kalau nafsu itu kita lenyapkan begitu saja. Karena pada dasarnya, nafsu itulah yang mendorong manusia ke arah kemajuan. Dan dalam hal ini nafsu tersebut terbagi menjadi dua macam, yakni:
(1).
Nafsu Ammaroh, yaitu nafsu yang cenderung untuk berbuat keburukan dan kejahatan. Perhatikan Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Yusuf ayat 53, yang artinya: "Dan aku tidak membebaskan dirimu (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Lagi Maha penyayang".
(2).
Nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang dan dapat dikendalikan, sehingga tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat kejahatan atau kemaksiatan. Perhatikan Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Fajr Ayat 27-28, yang artinya: "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-Ku dan masuklah ke dalam Surga-Ku".
Adapun nafsu Ammaroh itu terbagi lagi menjadi enam macam, yakni:
(1). syahwat, yang harus diatasi dengan jalan mengerjakan amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
(2). Amara, yang harus diatasi dengan sifat sabar.
(3). Thama', yang harus diatasi dengan sifat qona-ah.
(4). Takabur atau Sombong, yang harus diatasi dengan sifat tawadhu'.
(5). Riya', yang harus diatasi dengan sifat ikhlas.
(6). Dengki, yang harus diatasi dengan sifat pasrah dalam menerima apa yang sudah menjadi bagiannya.
Keenam sifat buruk yang menjadi cabang dari nafsu ammaroh tadi haruslah diperangi dan diatasi dengan cara menanamkan sifat-sifat baik sebagai mana yang tersebut di atas yang sebelumnya merupakan cabang dari nafsu muthmainnah.
blog asal mikir

Ferry Arbania Sumenep Madura
Tawa untuk Logika Janda
![]() | ![]() ![]() Ynachofoto.comuni Shara Jadi Janda Kembang | |
Susah sungguh bergelar janda, jadi rebutan dan caci-maki para tetangga
“Takut… takut… takut… Sama istri sendiri kok malah takuuuutttt…. Ciut.. ciut… ciut… Sama istri sendiri nyalinya ciuuuuuttttt….” Anda pasti akrab dengan potongan lagu di atas. Ya, itulah lagu yang menjadi pembuka tayangan sitkom “Suami-suami Takut Istri” setiap sore di TransTV. Dari lagu tersebut sudah jelas arah cerita komedi itu, tentang suami yang tak berdaya di depan istri.Sitkom yang diproduseri Anjasmara dan disutradarai Sofyan de Surza itu memang populer. Selain cukup bagus dari sisi cerita, kekuatan karakter tokoh menjadi daya tarik utama, terutama karena bumbu kontradiksi di dalamnya. Tigor (Yanda Djaitov) yang berbadan binaraga misalnya, justru takluk sama istrinya, Welas (Asri Pramawati), yang lembut dan kurus. Lucu, apalagi jika mengaitkan kesukuan mereka, Tigor yang Batak dan Welas yang Jawa. Atau keluarga satu suku, Faisal (Ramdan Setia) dan Deswita (Melvy Noviza). Matrenalisme suku Padang diwujudkan secara ekstrim dalam ketaklukan suami dalam hal apa pun. Sesuatu yang hiperbolis, sebenarnya. Tapi, tanpa yang hiperbolis, komedi tentu akan kehilangan suara.
Konflik dalam sitkom ini tergolong biasa, khas permasalahan rumah tangga. Namun karena faktor ketertundukan suami, penyelesaian konflik tadi acap mengundang tawa. Apalagi, dikontraskan dengan kehadiran Dadang (Epy Kusnandar), satpam yang beristri tiga, dan satu-satunya lelaki yang tak takluk pada istrinya. Tak heran kalau akhirnya terjadi “ikatan” persamaan nasib di antara para suami itu. Pak RT (Otis Pamutih), Faisal, Tigor, dan Karyo (Irvan Penyok), jadi terbiasa ngudarasa, curhat, atau berbagi taktik mengelabui istri, meski selalu gagal. Namun, selain karena takut pada istri, ikatan sesama suami ini juga terjalin karena alasan yang sama, ketertarikan pada seorang janda. Pretty (Desy Novitasari) namanya. Bahkan, konflik akibat kejandaan Pretty nyaris menjadi menu utama sitkom ini.
Janda Omnivora
Pretty memang cantik. Kakinya panjang, dengan dada yang padat, dan acap berbusana terbuka, menantang. Bibirnya tipis, dan kalau bicara, mendesis-desis. Matanya pun bagus, terutama kalau berkedip-kedip ketika bicara. Kehadirannya menjadi magnit di komplek itu, bukan saja membuat para suami jadi punya kesamaan idola, melainkan juga menjadikan para istri punya musuh bersama. Pretty yang cantik, dan terutama janda, membuat para istri memandang dalam syak-wasangka. Karena tampaknya, sebagai kompensasi ketakutan pada istri, para suami jadi memiliki keberanian untuk menggoda sang janda.
Pretty bukan tidak menyadari ketertarikan para suami pada tubuhnya, dan kemarahan para istri akan kehadirannya. Tapi, bukannya menjaga diri, Pretty justru berlaku “jinak-jinak merpati”. Akibatnya, para suami acap tertangkap basah tengah menggodanya, membantunya, atau terkunci di dalam rumahnya. Hanya Dadang yang tak begitu “memandang” Pretty. Satpam ini cuma bisa “goyang” oleh uang.
Sitkom ini memang melakukan mitos penguatan pada stigma janda. Pretty tampil dalam imaji janda yang memang bertugas menggoda. Dia memberi angin pada harapan para suami lewat lirikan, ajakan jari telunjuk, senyum, dan busana. Pretty mempersepsikan sebagai janda yang mau dan “bisa” digoda. Bahkan, ayah Tigor, Togar (Dorman Borisman) yang berkunjung, langsung melihat sinyal “kebisaan” Pretty. Dia berusaha mencuri kesempatan, namun ternyata, sama seperti anaknya, Batak tua ini pun takut pada istrinya. Hahaha…
Karena hadir dalam streotif “bisa” digoda, para istri pun memosisikan Pretty dalam stigma janda pada umumnya. Bu RT (Aty Fathiyah) terutama, sangat percaya bahwa Pretty selalu menginginkan suaminya. Meski hal itu dibantah anaknya, Sarmilila (Marissa), “Nyak, kenape sih selalu nyalahin Tante Pretty? Nggak mungkin juga Tante Pretty mau sama Babe.” Tapi, bagi Bu RT, yang mewakili stigma umum itu, janda adalah omnivora, pemakan segala, tak punya kelas selera. Pria apa pun, jelek atau binaraga, lembut atau tak bekerja, akan dimamahnya.
“Suami-suami Takut Istri” tidak berusaha melakukan redefenisi pada stigma janda itu. Dalam satu seri, Pretty bahkan digambarkan begitu hausnya pada lelaki, dan berusaha menjebak Garry (Ady Irwandi), satu-satunya lajang di perumahan itu. Namun Garry menolak. Ia pun distigmakan sebagai lelaki yang lugu, yang tanpa pretensi apa pun, senang membantu. Kehadiran Garry sebagai lajang polos kian menegaskan keomnivoraan Pretty. Belum lagi posisi Dadang sebagai satpam, yang lebih banyak menjadi mata para istri, dengan imbalan uang, untuk mengawasi Pretty. Dadang hadir lebih sebagai personifikasi negara, menjadi pengawas akan status warganya.
Logika Janda
Sitkom “Suami-suami Takut Istri” adalah cermin stigmatisasi janda yang masih berlangsung dan diterima oleh warga. Keberterimaan itu dapat dilihat dari kehadiran Pretty yang tidak mendapat resistensi dari penonton. Artinya, sosok Pretty dilihat dan dinikmati bukan sebagai karakter yang terberi melainkan watak asali. Konflik dan kecemburuan karena Pretty dinikmati sebagai kewajaran dan bukan pengada-adaan. Akibatnya, jalinan cerita menjadi benar dalam “logika” janda.
Janda, “perempuan yang pernah menikmati seks”, dipersepsikan sebagai ancaman rumah tangga. Karena pernah menikmati seks, janda dipercayai akan mencari lagi kenikmatan itu dengan cara apa pun. Logika inilah yang membuat, jika pun terjadi hubungan seks antara seorang lelaki dan janda, perempuan itu menjadi “tersangka” dan lelaki sebagai “korban”. Anggapan yang sangat kejam, yang celakanya, justru mendapat afirmasi dari negara.
Negara “mengakui” stigmatisasi janda sebagai “ancaman” pada moralitas dan rumah tangga. Maka perempuan yang “pernah menikmati seks secara sah” itu perlu terus dilabeli. Labelisasi itu dilakukan negara lewat penyebutan di dalam KTP. Dengan pelabelan itu, seorang wanita didudukkan dalam sebuah akuarium besar, sehinnga khalayak dapat mengetahui statusnya. Dengan pelabelan itu, negara mengatakan bahwa “perempuan ini pernah menikmati seks secara resmi”, dan warga harus hati-hati padanya. Label status yang menjadi “penjara” bagi si perempuan, agar dia terus tersadarkan tentang statusnya, dan menjaga sikap moralnya di depan warga.
Ironinya, pelabelan itu hanya menjerat perempuan yang pernah menikmati seks secara resmi alias menikah. Sedangkan perempuan yang pernah menikmati seks –tanpa harus menikah– tidak masuk dalam labelisasi ini. Artinya, bui labelisasi itu justru diberikan pada perempuan yang mengikuti moralitas umum –mereka pernah menikah– dan bukan mereka yang melawan moralitas umum –ngeseks tanpa menikah. Tanpa sadar, negara dan warga justru mengawasi perempuan yang “mengakui dan mengikuti” moralitas umum. Aneh kan?
Mengapa negara dan warga menghidupi terus stigma janda itu? Sebabnya satu, seks masih masuk ke wilayah tabu. Sebagai sesuatu yang tabu, seks hadir dan meluas secara tersembunyi, dan hidup dalam imajinasi banyak orang. Dan janda, –perempuan yang pernah menikmati seks– adalah sebuah “wilayah kosong” yang memantik imajinasi. “Wilayah yang tak lagi tergarap” itu memancing imajinasi banyak perempuan dan lelaki, apalagi jika dia secantik dan seseksi Pretty. Karena itu, “Suami-suami Takut Istri” adalah cermin kebobrokan moral dan kesesatan pikir masyarakat ini. Kita menikmati, menertawai. Menggelikan sekali!
*)Thanks untuk Cahaya atas ide dasar tulisan ini
[Artikel ini telah dimuat di Harian Suara Merdeka, Minggu 11 Mei 2008]
Painting gallery
This section looks like an image gallery. Wikipedia image gallery policy discourages galleries that consist of random images of the article subject. This gallery should either be improved in accordance with the policy or removed (with the freely licensed images moved to Wikimedia Commons if they are not already hosted there). |